Notification

×

Iklan

Iklan

Akademisi Kepariwisataan Universitas Hamzanwadi Nilai RIPPARDA 2020-2045 Dispar Lotim Perlu Dilengkapi

Monday, June 29, 2020 | June 29, 2020 WIB Last Updated 2021-04-01T19:21:00Z
Foto: Irwan Rahadi, Ketua Program Studi Ilmu Pariwisata Universitas Hamzanwadi Pancor, Lotim

Lombok Timur, Selaparangnews.com - Rancangan Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) Kabupaten Lombok Timur untuk tahun 2020-2045 yang dirancang oleh Dinas Pariwisata Lotim, bersama tim peneliti dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram dinilai belum sempurna dan memiliki banyak kekurangan.

Hal itu disampaikan oleh Irwan Rahadi, Ketua Program Studi (Kaprodi) Ilmu Pariwisata pada Universitas Hamzanwadi Pancor saat ditemui pada Minggu, 28 Juni 2020 di sekretariat PMB Universitas Hamzanwadi.

Menurut Irwan, RIPPARDA yang disusun oleh tim peneliti STP Mataram itu belum betul-betul final, masih bersifat naratif-deskriptif yang perlu disempurnakan lagi. Oleh karenanya, ketika Dinas Pariwisata mengadakan uji publik terhadap RIPPARDA itu, banyak dari peserta yang memberikan masukan.

"Di sana kan  hanya menggambarkan data-data yang berhasil dikumpulkan oleh teman-teman STP itu, kemudian meminta masukkan dari peserta" ungkapnya. Minggu (28/06/2020).

Menurut Irwan, RIPPARDA yang sudah disusun oleh tim peneliti STP itu belum memberikan solusi riil terkait persoalan-persoalan yang akan dimunculkan di kemudian hari. Lebih-lebih RIPPARDA ini akan menjadi rujukan pemerintah daerah dalam mengembangkan Pariwisata di kabupaten Lombok Timur dalam rentang waktu yang cukup panjang.

"Apalagi digambarkan akan menjadi rujukan sampai 30 tahun ke depan" ujarnya.
Irwan Rahadi melihat bahwa salah satu objek pariwisata penting yang luput dari RIPPARDA itu ialah wisata religi. "Padahal kan wisata religi itu sebenarnya memiliki potensi cukup besar dan juga menjadi konsern kita selama ini di Lombok Timur" jelasnya.

Sebagai Akademisi Kepariwisataan, dia juga melihat bahwa RIPPARDA itu tidak memberikan proteksi terhadap para Pelaku wisata dan pengusaha-pengusaha lokal. Persoalannya, menurut Irwan, ketika wisatawan datang dari luar daerah atau luar negeri, mereka tidak langsung ke Lombok Timur, melainkan ke daerah lain, seperti Lombok Tengah dan Mataram.

"Para wisatawan akan ke Mataram dulu, untuk mengambil paket wisata baru kemudian ke Lombok Timur, jangan sampai nanti Lotim hanya dapat sampahnya saja" cetus Irwan Rahadi.

Irwan mengaku telah menyampaikan masukan itu kepada tim peneliti STP Mataram dalam kegiatan uji publik terhadap RIPPARDA itu. Dia berharap pemerintah daerah benar-benar mempertimbangkan masukan tersebut.

Selain itu, lanjut Irwan, bersama peneliti di Universitas Hamzanwadi, dari dulu sudah menyuarakan pentingnya grand desain pengembangan pariwisata di Lombok Timur, terutama sebuah konsep yang bisa melibatkan semua pihak.

Oleh karenanya, bersamaan dengan adanya penyusun RIPPARDA di Lotim itu, Irwan mengaku sedang mendaftarkan hak intelektual dari hasil penelitiannya tentang pemetaan destinasi wisata di Lombok Timur.

"Ini yang mau kami cocokan dengan hasil penelitian STP itu. Kalau STP memunculkan 70 Destinasi, kami punya 72" tutupnya. (SN-05)
×
Berita Terbaru Update