![]() |
Foto: H. Masyhur, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Lotim |
Lombok Timur, Selaparangnews.com - Salah satu program yang sedang dilaksanakan oleh Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Lombok Timur ialah Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang diharapkan akan mendorong masyarakat untuk merubah cara berpikirnya mengenai bahan konsumsi makanan sehari-hari.
Kepala DKP Lotim, H. Masyhur mengatakan, ketergantungan pada beras itu perlu dihilangkan dari pola pikir masyarakat. Apa sebab? Karena stok beras yang melimpah di Lombok Timur itu tidak selalu ada dan stabil karena adanya permintaan dari daerah lain.
Bahkan dia juga mengatakan bahwa ketersediaan beras di Bulog tidak menjamin bisa berlangsung terus-menerus mengingat posisinya sebagi penyuplai beras berkala nasional.
Dia mengaku, saat ini stok beras di Lotim sangat banyak. Akan tetapi, karena daerah lain juga membutuhkan maka tidak ada jaminan kalau stok beras itu selalu ada di Bulog, oleh karenanya DKP harus memutar otak supaya tidak terjadi kelangkaan pangan di Lotim.
"Cuma Pola kita untuk mengatasi hal itu di Ketahanan Pangan ini ialah bagaimana merubah perilaku konsumsi masyarakat supaya jangan sampai hanya tergantung pada beras" ungkapnya. Rabu (01/07/2020).
Menurutnya, masyarakat Lombok Timur masih terkungkung oleh cara berpikir lama yang menjadikan beras sebagai satu-satunya konsumsi yang afdol dan sah. "Masyarakat kita kan begitu, kita merasa belum makan hanya karena belum makan nasi padahal satu ikat jagung yang sudah kita makan" ucapnya.
Karena itulah, lanjut H. Masyhur, program P2KP itu diharapkan mampu menggeser asumsi keliru masyarakat terkait bahan makanan. "Jadi sudah seharusnya mitos mengenai makanan pokok ini kita hilangkan" tegasnya.
Kendati demikian, H. Masyhur memberikan catatan bahwa upaya mendorong perubahan perilaku konsumsi masyarakat itu harus dibarengi dengan kesiapan masyarakat untuk merasa cukup, meskipun tidak mengkonsumsi nasi.
"Itulah yang perlu kita Kampanyekan ke masyarakat, sehingga program P2KP itu berjalan, dengan catatan masyarakat kita siap makan jagung, ubi dan hasil bumi lainnya" sebut H. Masyhur satu-persatu sembari mengenang pola konsumsi masyarakat zaman dulu yang mencampur beras dengan jagung.
H. Masyhur mengatakan bahwa program itu sudah dijalankan cukup lama dilakukan oleh DKP, namun karena minimnya pendanaan yang ada membuat program itu tidak berjalan maksimal dan efektif. "Apalagi dengan keadaan sekarang ini semua pekerjaan terhambat oleh Pandemi Covid-19 yang tengah mewabah" tutupnya. (SN-05)