Notification

×

Iklan

Iklan

Mengais, Adab Warga Lombok Utara Menghormati Leluhur

Sunday, July 19, 2020 | July 19, 2020 WIB Last Updated 2021-04-20T11:52:37Z
Foto: Murdani dan Aini, Pasangan Pengantin Yang Sedang Menerapkan Tradisi Menyiram Kuburan di TPU Kerurak

Lombok Utara, Selaparangnews.com - Dari sekian banyak tradisi yang terdapat di Lombok, ada tradisi unik bagi pasangan pengantin baru yang diwajibkan menyirami kubur sebelum akad nikah dilaksanakan.

Tradisi unik ini ada di Dusun Monggal Bawah, Desa Genggelang, Kabupaten Lombok Utara. Jika orang melihat sepintas kegiatan tersebut serupa dengan ziarah kubur.

Warga Monggal Bawah menyebut tradisi ini disebut "Mengais" yang artinya menyirami kuburan. 

"Kalau diambil dari cerita-cerita sesepuh di sini, memang tradisi mengais ini sudah dari dulu kami terapkan di sini," ucap Datim selaku tokoh masyarakat di kampung Monggal Bawah. Minggu, (19/07/2020)

Sebelum akad nikah, biasanya mempelai laki-laki dari kampung ini akan menyirami kuburan kedua sanad orang tua mereka, baik dari sanad Bapak ataupun Ibu.

Jika melihat lembaran sejarah, memang tidak ada yang tertulis jelas mengenai asal usul dari tradisi mengais ini, akan tetapi berdasarkan cerita-cerita perantara yang ada membuat tradisi ini tetap hidup di masyarakat sehingga semakin hari semakin menguatkan syarat dan makna yang terkadung dalam tradisi mengais tersebut.

"Tujuannya meminta restu dari keluarga yang sudah meninggal," sambungnya.

Datim melanjutkan, Jika masyarakat kampung Monggal Bawah sendiri tidak menerapkan tradisi mengais, maka konsekwensi yang harus diterima bukan datang dari masyarkat setempat. Tetapi biasanya akan datang melalui diri sendiri tanpa di sadari, tuturnya.

Sanksi bagi pengantin yang tidak menerapkan tradisi mengais biasanya berupa kejadian-kejadian aneh akan menimpa pengantin, seperti akan di datangi dari mimpi atau kejadian yang tidak disadari tapi tetap dirasakan bahwa itu adalah teguran.

"Kemarin ada pengantin baru yang tidak mengais ke kubur kakeknya, kemudian tiba-tiba dia bermimpi di tebas kakinya oleh kakeknya sendiri dalam mimpi tersebut,"cerita Datim.

Sebagian orang mungkin melihat tradisi ini tidak nyambung karena menganggap tidak relevan kebahagiaan orang yang menikah dikait-kaitkan dengan orang yang sudah meninggal. Kesan bagi orang yang belum tahu mungkin agak menyeramkan, tapi justru disanalah letak keadaban dari masyarakat kampung Monggal Bawah.

Hal yang sifatnya tidak hidup lagi, bagi masyarakat kampung disana harus tetap dihormati, bisa dibayangkan orang yang sudah tiada saja diberikan penghormatan apalagi orang yang masih hidup. 

"Kami melakukan ini berdasarkan arahan dari orang tua, yang penting itu kita laksanakan saja bukan kita tanyakan alasan tradisi ini," ujar Murdani pengantin yang saat ditemui sedang mengais di kuburan kerurak bersama istrinya.

Pria yang akrab disapa Dani ini juga menegaskan bahwa budaya yang saat ini terdapat di kampungnya harus terus dilestarikan. Mengingat dengan mulai masuknya literatur modern sangat berdampak bagi masyarakat di kampung Monggal Bawah.

"Kita harus jaga terus tradisi ini, supaya anak cucu kita bisa melihat nantinya,"tutupnya (SN-06)
×
Berita Terbaru Update