Notification

×

Iklan

Iklan

ASA Green, Karya Anak Negeri Yang Tak Diakui di Daerah Sendiri

Friday, August 14, 2020 | August 14, 2020 WIB Last Updated 2021-04-13T10:05:58Z


Foto: Produk Pupuk Organik Cair, hasil karya Badri
Lombok Timur, Selaparangnews.com – Tinggal di desa tidak berarti harus tertinggal dalam berkarya. Tidak sedikit anak-anak yang menetap di pelosok-pelosok desa justru mampu melahirkan karya yang bermanfaat untuk orang banyak seperti yang dilakukan oleh anak desa asal Lombok Timur ini.

Dia adalah Badri, asal Dusun Sukamulia, Desa Pohgading Timur, Kecamatan Pringgabaya. Dia pernah didaulat menjadi salah satu Pemuda pelopor di Kabupaten Lombok Timur lantaran ASA Green, sejenis pupuk organik cair yang ia ciptakan buah karyanya sendiri.

Saat ditemui media ini, Badri menuturkan bagaimana proses yang ia jalani dalam menghasilkan buah karyanya itu. Dia mengatakan telah memulainya sejak tahun 2010 silam, namun hasilnya baru terlihat beberapa tahun kemudian. Artinya, hampir 10 tahun Badri bersabar menjalani proses kreatif dalam menghasilkan karyanya  itu.

Dia mengaku berkali-kali gagal dalam uji coba pupuk cair yang ia buat itu, namun karena semangatnya lebih besar dari kegagalan yang ia tuai, tidak menjadikannya patah semangat untuk mencobanya lagi. Dan sekarang, semua orang bisa memanfaatkan jerih payahnya itu, terutama bagi para petani, di mana Badri berasal.

“Untuk menciptakan pupuk organik cair itu, berkali-kali saya lakukan uji coba dan terus gagal, walaupun begitu tetap saya coba sampai berhasil” terangnya. Kamis, (13/08/2020).

Dan ternyata, kegagalan demi kegagalan yang menghampirinya, rupanya berakibat fatal. Tak jarang ia menjadi objek olok-olok dari rekan-rekannya. Tak jarang pula ia dianggap gila lantaran eksperiman tak jelas yang dilakukan itu.

Pada tahun 2015 yang lalu dirinya sukses membuat pupuk organik dalam bentuk cair. Seketika, pupuk ciptaannya itu mendapat apresiasi dari masyarakat pada percobaan pertamanya.

“Alhamdulillah 65 persen kerugian petani bisa diminimalisir. Dan dari persentase itu para petani kadang bisa meraup keuntungan 99 persen dari hasil tanamannya”, Ucapnya.

Keberhasilan Badri itu juga sempat mendapat apresiasi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga pada tahun 2017 yang lalu. Ia berhasil memboyong piagam dengan mengantongi Juara 3 Pemuda Pelopor di tingkat nasional  dalam bidang Inovasi Teknologi.

Tidak merasa puas, Badri terus meningkatkan karyanya hingga tahun 2018. Dari inovasinya itu, ia berhasil menciptakan produk keduanya, yaitu bubuk anti siput. Dengan keberhasilannya pada produk kedua, Badri mulai disorot mata dunia. Percobaan pertamanya dilakukan di Malaysia. Kala itu, ia melakukan percobaan pada pohon pisang.

Alhasil, negara Malaysia mengakui produk Asa Green, karena mampu menghasilkan tanaman pisang berkualitas dengan bobot yang lebih besar.

Atas keberhasilannya tersebut, ia disarankan membuat izin di Indonesia untuk dapat memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Namun begitu, di negerinya sendiri, Badri bernasib apes. Sejak 2017 lalu ia mengurus izin, namun masih kesulitan mendapat izin dari Dinas Perindustrian Provinsi NTB.

“Saya bingung, produk saya diakui hingga luar negeri. Namun di negeri sendiri malah ditolak untuk beredar secara resmi,” ucapnya.

Ia menuturkan, produk hasil ciptaaannya ini dinamakan ASA Green. ASA ini merupakan singkatan Anak Sukamulia Asli. Belakangan ini ASA sendiri merupakan wadah berkumpulnya anak-anak muda kreatif dan inovatif.

Lewat komunitas ini, para anak muda yang tergabung dalam komunitas itu terus berinovasi. “Sampai sekarang” tutupnya. (SN.04)

×
Berita Terbaru Update