Notification

×

Iklan

Iklan

Diskusi Perdana Himmah Lawyers Club IAIH Pancor Bahas Soal Islam, Literasi dan Inklusivitas

Monday, May 6, 2024 | May 06, 2024 WIB Last Updated 2024-05-06T03:31:19Z

Penampilan Perdana Himmah Lawyers Club (GLC) di Sunrise Land Lombok, Pantai Dusun Montong Meong, Desa Labuhan Haji, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur

SELAPARANGNEWS.COM - Himpunan Mahasiswa Nahdaltul Wathan Diniyah Islamiyah (HIMMAH NWDI) Komisariat Institut Agama IsIam (IAI) Hamzanwadi Pancor telah menggelar Himmwah Lawyers Club (HLC) perdana pada Sabtu kemarin, 4 Mei 2024 di Pantai Sunrise Land Lombok. Kegiatan tersebut merupakan salah satu program pengkaderan tahap komisariat di HIMMAH NWDI. 


Anggota bidang Pendidikan dan Pengembangan Organisasi dan Kader (P2OK) HIMMAH NWDI Komisariat IAIH Pancor Khaerul Majdi mengatakan, gelaran perdana ini mengusung tema: Islam, Literasi dan Inklusivitas: Memperkarakan Mentalitas, Kemalasan Berfikir dan Isu Ketertutupan. 


"Kami mengundang tiga panelis, yaitu Abdul Kadir Djailani, Irwansyah dan Rizkul Hamkani," ujarnya. 


Gelaran perdana ini, lanjutnya, cukup memberikan nuansa baru di komisariat sebagai Cadre Laboratory atau Laboratorium Pengkaderan tingkat dasar. 


"Kegiatan ini merupakan sebuah komitmen bersama yang diupayakan oleh Dewan Pimpinan Komisariat selaku fasilitator, penyedia ruang dialektika yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan budaya akademik dan berfikir kritis bagi kader komisariat untuk bertukar pendapat mengenai topik yang diangkat," jelasnya. 

Khaerul Majdi melanjutkan, Islam, Literasi dan Inklusivitas menjadi topik utama dalam HLC ini. Topik ini diangkat dengan alasan bahwa ketiga item tersebut sangat strategis dan sentral. 


"Adalah suatu kekhawatiran jika percakapan islami, budaya literasi, dan keterbukaan redup begitu saja dalam proses pengkaderan," imbuhnya seraya menegaskan bahwa mentalitas, kemalasan berfikir dan ketertutupan menjadi persoalan pelik yang tidak bisa dihindari sehingga perlu diperkarakan dalam gelaran ini.

Sementara itu, Panelis pertama Abdul kadir Djailani sekaligus Ketua Umum Himmah NWDI cabang Lombok Timur menyambut serta mengapresiasi komitmen bersama tersebut. 


Dalam pembahasan tema tersebut ia mengatakan bahwa perlu menjaga nilai kultural organisasi yang telah diwariskan oleh Al Magfurlahu Maulanaseikh TGKH. Muhammad Zainuddin Madjid. 


Walaupun, kata dia, kader Himmah sebagai pembaca yang bebas mengkonsumsi pikiran-pikiran barat, jangan sampai melupakan identitas dirinya sebagai penjaga nilai atau The Guardian of Value. 


“Itulah identitas yang semakin hari redup dalam diri kita. Maka dari itu, bantu saya untuk menjaga nilai-nilai yang telah diwariskan oleh Al Magfurulah tersebut” Ucapnya. 


Sebaga Pimpinan HIMMAH NWDI Cabang Lombok Timur, ia berharap kegiatan positif seperti ini bisa berjalan lancar dan semakin baik ke depan. 



"Semoga ini menjadi awal yang baik dan kedepannya lebih baik dengan mendatangkan orang-orang yang expert tentang isu-isu yang akan dibahas, entah itu dalam hal keislaman, politik dan kemanusian," pungkasnya. 



Panelis kedua Irwansyah menekankan pada faktor yang menyebabkan lahirnya kejumudan berfikir. Ia mengatakan bahwa kemalasan berfikir adalah faktor mendasar yang melahirkan kejumudan berfikir dalam tubuh ummat Islam yang pada akhirnya menyebabkan kemunduran dan keterbelakangan ummat Islam dalam kancah ilmu pengetahuan. 


“Dalam sejarah, ummat Islam telah merasakan era keemasan atau golden age. Pada masa itu, ummat Islam menggunakan pikirannya secara optimal dan kritis sehingga dapat menyumbangkan warisan intelektual dalam peradaban dunia. Namun, pikiran kritis tersebut redup oleh kebiasaan buruk, yakni malas dalam berfikir.” Jelasnya.


Sebagai panelis ketiga, Rizkul hamkani memantik pembicaraannya dengan menyinggung persoalan excessive attitude, sikap atau kebiasaan yang cenderung berlebihan. 


Menurutnya, kata cinta seringkali mengalami misinterpreted, disalahartikan makna dan penggunaannya. Sehingga, pada akhirnya kebiasaan tersebut melahirkan sebuah komunitas masyarakat yang simbolis yang jauh dari budaya kritis. 


“Cinta terhadap tokoh sering kali berakhir pada pengagungan secara berlebihan. Ini tentu menjadi persoalan yang rumit karena akan mengakibatkan lahirnya masyarakat yang hanya kuat secara simbol," tegasnya. 


Kegiatan diskusi berjalan dengan sangat dialektis, di mana tukar pikiran dan silang pendapat cukup terasa, baik antar sesama panelis maupun antara panelis dengan kader selaku audiens. 


Sehingga, apa yang menjadi tujuan kegiatan Himmah Lawyers Club ini terlaksana. Oleh sebab itu, Dewan Pimpinan Komisariat berkomitmen untuk tetap melanjutkan gelaran ini untuk kesempatan berikutnya. (SN)

×
Berita Terbaru Update