Hal itu diungkapkan
Ketua Yayasan Maraqitta’limat, TGH. Hazmi Hamzar, dalam pengajian silaturahmi
di Kompleks Pondok Pesantren Maraqitta’limat pada Sabtu, 12 Desember 2020.
“Melihat kondisi Negara
saat ini, sikap kita khususnya jamaah Maraqitta’limat
harus jelas terhadap faham radikalisme ini,”tegas TGH. Hazmi Hamzar. Sabtu,
12/12/2020.
Ia menegaskan, faham radikalisme di Negara ini tak boleh
dibiarkan berkembang. Sebab, jika itu
dibiarkan berkembang, maka bumi pertiwi akan hancur.
Demikian juga, sikap su’udzon (Buruk Sangka) terhadap aparat,
pemerintah dan ulama yang terus muncul akhir-akhir ini terjadi yang menganggap
segala sesuatu yang ada di Indonesia tidak beres,
TGH. Hazmi Hamzar menilai bahwa sikap semacam itulah yang
menjadi cikal bakal munculnya faham radikal itu, karena
menganggap orang lain tidak ada yang benar selain dirinya sendiri.
“Bangsa ini kerap dijadikan oleh pihak tertentu, sebagai korban
Jasus (mencari kesalahan),” ujarnya.
Atas dasar itulah, dirinya mengajak untuk membantu
pemerintah dan aparat, menggunakan pikiran, bagaimana caranya supaya bangsa dan
agama lebih baik ke depan. Sebab, baginya,
selama sifat Jasus itu ada dalam diri, apa pun itu tidak ada yang selesai.
“Kalau semua dianggap tidak beres dan salah, lalu kapan
menjadi orang baik,”katanya.
lebih lanjut Hazmi mengatakan, pemerntah sekarang ini dalam
keadaan sulit dan susah, pasti banyak kurang dalam penanganannya. "Disitulah
kita saling bantu dan memberikan solusi,” tambah Hazmi.
Dijelaskan bahwa sesungguhnya Ukhuwah Islamiyah yang menjadi
terdepan dibentuk. Kalau itu yang dihidupkan semua, maka tidak mungkin akan
saling benci, saling jatuhkan, saling hina, zolimi dan bahkan mengecap kafir
pada saudara yang lain.
Selain itu, lanjutnya, dalam agama petunjuknya itu sangat
sederhana dan jelas, yakni Tuhan memberikan hidup dalam persaudaraan imaniyah
(Saudara seiman). Agama memerintahkan tetap bersaudara, harus saling mendamaikan di antara saudara-saudara
yang sedang berselisih sakali pun.
Bila telah satu saudara, maka tidak satu pun orang boleh
melakukan sebaliknya seperti mengajak pada permusuhan, saling membenci satu
sama lain. Apalagi, tegasnya, sampai melakukan perbuatan saling mengolok dan
merasa diri paling benar.
“Supaya rasa persaudaraan terawat, harus diperhatikan, yakni
jangan sampai saling olok. Banyak saling bunuh karena saling olok, dan itu
nyata,” paparnya.
Sekali pun itu satu saudara, katanya, ketahuilah bahwa belum tentu yang diolok lebih rendah dari yang
mengolok. Mengolok, sangat merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara,
hingga termasuk dalam berkeluarga, apalagi memanggil orang dengan sebutan kafir,
padahal sesama iman.
Menurutnya, panggilan semacam itu merupakan panggilan yang sangat
sakit. Bahkan, faham radikalisme itu bisa saja berangkat dari rumah tangga.
“Jangan
sedikit-sedikit bilang kafir, ini cara-cara kafir, musyrik, ahli neraka. Jangan
hanya perbedaan sedikit, itu yang dibengkakkan. Mari bekerja demi kemaslahatan
diri sendiri, keluarga dan orang banyak,”tandasnya.
Dijelaskannya, Maraqitta’limat boleh fanatik, tapi tidak
boleh membenci orang lain, apalagi dengan mencaci-maki orang lain.
"Kalau kita maki-maki orang, maka orang itu akan balik
menyerang, apalagi sesama muslim, mengkafir kafirkan, itu tidak boleh. Inilah
yang dimaksud radikalisme,”sambung Politisi PPP ini.
Ia mengingatkan, jamaah marakit untuk jangan pernah bergabung dengan hal-hal yang berbau radikal,
mau pun perbuatan maksiat.
Sesama orang beriman, ia mengajak untuk saling pelihara,
tidak saling mengkufurkan, tidak saling menyalahkan satu sama lain. Jika itu
dilakukan, ukhuwah islamiyah akan tumbuh subur.
“Saya berharap, apa yang saya sampaikan menjadi bekal
masyarakat semua. Sampaikan pula pada masyarakat lain, dan ajak bagaimana agar
tetap bersabar, ditengah kondisi engara dalam keadaan sulit,” jelas Hazmi. (SN-
Red))