Notification

×

Iklan

Iklan

Masih Belajar di Huntara, SMPN 1 Pringgabaya Berharap Pemkab Lotim Penuhi Janji

Tuesday, January 5, 2021 | January 05, 2021 WIB Last Updated 2021-04-01T18:40:26Z

Foto: Kondisi tempat belajar Siswa-siswi SMPN 1 Pringgabaya

Lombok Timur, Selaparangnews.com – Meskipun telah hampir tiga tahun berlalu, dampak Gempa Lombok masih sangat terasa di benak warga. Apalagi bagi warga yang menjadi korban dari keganasan bencana alam tersebut, yang rumahnya hancur dan rata dengan tanah.

Barangkali perasaan seperti itulah yang dialami oleh keluarga besar Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pringgabaya, Kecamatan Pringgabaya, Lotim ini.  Pasalnya, sejak rusak diterjang gempa tahun 2018 silam, sampai kini sebagain besar pelajar di sana masih belum mendapatkan tempat yang layak untuk belajar.  

Masih banyak di antara mereka yang belajar di tempat hunian sementara (Huntara), lantaran gedung lama yang rusak oleh gempa belum diperbaik sampai sekarang. Padahal, SMPN 1 Pringgabaya dikenal sebagai SMP tebesar kedua di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Saat ditemui, Kepala SMPN 1 Pringgabaya, Sunardi, S.Pd mengungkapkan bahwa keadaan seperti itu sejak terjadinya gempa tahun 2018 lalu. Dan, katanya, Pemerintah Kabupaten belum ada dana untuk melakukan pembangunan.

"Kita memang sudah dijanjikan untuk rehab ruang kelas, ruang guru dan WC, cuma realisasinya kapan kita belum tahu," bebernya saat ditemui di ruangannya. Selasa 05/01/2021.

SMPN 1 Pringgabaya, kata Sunardi, merupakan sentral pendidikan yang ada di Kecamatan Pringgabaya, karena jumlah peserta didiknya yang terbesar kedua di NTB. 

"Jumlah peserta didik kita di sini 1075 Orang siswa, dengan jumlah roombel sebanyak30 rombel, kita terbesar kedua di wilayah NTB setelah Woha di Bima," jelasnya. 

Sunardi melanjutkan, dirinya dan para guru beserta seluruh staf tata usaha rela menempati gedung bangunan yang sudah tidak layak pakai akibat gempa tahun 2018 lalu.

"Ini sebenarnya sudah penghapusan dan sudah tidak layak pakai, jadi kita relakan ruang yang masih layak pakai untuk anak-anak, kasian," tuturnya

Selain itu,  Ia juga menyebutkan bahwa yang ditempati sebagai ruang belajar oleh siswa untuk sementara ini ialah, di antaranya sebuah kelas Huntara sebanyak 6 kelas, di gudang 2 kelas dan di gedung penghapusan atau gedung tidak layak pakai 1 kelas yang ada di samping ruang guru sekarang. 

"Karena kondisi, ya kita gunakan untuk 2 kelas di gudang 6 kelas di huntara dan 1 kelas di gedung penghapusan ini," jelasnya

Di tempat yang sama, Hamdan S.Pd selak Wakil Kepala SMPN 1 Pinggabaa mengungkapkan tentang kondisi mushalla yang sudah dijadikan tempat penyimpanan barang yang rusak karena kondisi mushalla yang sudah tidak layak untuk ditempati akibat gempa. 

"Saya merasa miris ketika kita menaruh barang seperti sapu di sana, mending kita ambil mukenah atau Al-Qur’an itu kan wajar, ya tapi mau apa lagi karena kondisi kan" keluhnya.

Ia juga menyampaikan harapanya kepada pemerintah supaya secepatnya ada solusi untuk sekolah itu. "Makanya kita minta tolong kepada pemerintah karena SMP 1 ini barometer pendidikan di Kecamatan Pringgabaya," tegasya.

Selain itu juga Fatmawati salah seorang guru yang sedang mengajar di kelas Huntara mengungkapkan keluhannya terkait kondisi pada saat sendang mengajar. 

"Ya kurang nyaman, karena panas walaupun banyak lubang angin. Dan kalau hujan, suara kita tidak bisa di dengar oleh anak karena terlalu berisik akibat air hujan yang jatuh," keluhnya 

Ia juga berharap supaya pemernitah secepatnya memberikan solusi atas persoalan yang mereka hadapi, pasalnya itu juga berpengaruh bagi kualitas pembelajaran yang diterima oleh peserta didik.

"Mudah-mudahan secepatnya ada solusi dari pemerintah, kita  saja merasa tidak nyaman, begitupun anak-anak,” Tutupnya. (Izi)

×
Berita Terbaru Update