Notification

×

Iklan

Iklan

Menristek Paparkan Lima Prioritas Riset Nasional Untuk EBT

Tuesday, April 20, 2021 | April 20, 2021 WIB Last Updated 2021-04-20T17:23:57Z

Foto: Menteri Riset dan Teknologi atau Badan Riset Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro (kiri) saat memberikan keterangan pers di Istana Kepresidenan Jakarta. 

 

Jakarta, Selaparangnews.com - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) atau Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Republik Indonesia, Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, memaparkan lima prioritas riset nasional untuk Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia dalam rentang waktu tahun 2020-2024.


Hal itu disampaikan Menristek Bambang dalam siaran pers pada Selasa, 20 April 2021 di Istana Kepresidenan Jakarta. Katanya  sejumlah inovasi dan kesiapan teknologi amat dibutuhkan untuk memastikan ketersediaan energi nasional sekaligus mengubah komposisi energi menjadi lebih condong kepada energi baru terbarukan (EBT).


Oleh sebab itu, pemerintah melalui Kementerian Riset Dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) telah mencanangkan beberapa kegiatan terkait EBT tersebut di dalam Prioritas Riset Nasional Periode 2020-2024.


“Tentunya target akhirnya adalah pada 2024, kita bisa mendapatkan peningkatan dari energi baru terbarukan di dalam energi mix nasional,” ujarnya.


Adapun lima lima agenda utama terkait EBT yang dilakukan dalam Prioritas Riset Nasional 2020-2024 itu di antaranya adalah bahan bakar nabati, dengan target dapat menghasilkan bahan bakar yang 100 persen berasal dari bahan baku kelapa sawit.


Saat ini, kata dia, dengan menggunakan katalis (penjernih -red) yang dikembangkan di ITB (Institut Teknologi Bandung), sudah dilakukan uji coba di kilang Pertamina. Dengan demikian, Ia berharap tidak lama lagi bisa masuk pada skala produksi, baik untuk diesel, bensin, maupun untuk avtur.


"Tujuan akhirnya adalah untuk bisa mengurangi impor dari BBM itu sendiri,” harapnya.


Yang kedua, lanjut Bambang ialah energi Biogas, yang banyak dipakai terutama di perkebunan sawit. Menurutnya, hal itu akan menjadi alternatif terbaik untuk penyediaan listrik di tempat-tempat yang relatif terpencil. Apalagi saat ini, tegasnya, teknologinya sudah dikembangkan di beberapa tempat, dan harapannya bisa dipakai secara luas.


"Selanjutnya adalah energi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) skala kecil," sebutnya.


Indonesia, lanjut Menristek, merupakan salah satu negara dengan kandungan panas bumi terbesar di dunia, namun pemanfaatannya belum maksimal. Hal tersebut disebabkan sangat mahalnya investasi yang dibutuhkan pada pembangkit berskala besar.


Karena itu, pihaknya mengembangkan PLTP skala kecil yang mudah-mudahan bisa dikembangkan di berbagai daerah yang punya kandungan panas bumi, sehingga listrik yang dihasilkan akan bermanfaat bagi daerah sekitarnya.


Adapun prioritas riset EBT yang keempat lanjut Bambang adalah baterai listrik. Karena selain baterai litium, pihaknya juga mengembangkan fast charging untuk keperluan kendaraan listrik serta teknologi battery swapping.


Dengan teknologi seperti itu, Ia berharap nantinya ketika kendaraan listrik mulai dipromosikan sebagai komitmen  mengurangi emisi, maka teknologi itu sudah siap pakai dan bisa dikembangkan di Indonesia.


Dan yang terakhir ialah tetap menjaga pengembangan teknologi nuklir, untuk memastikan pemenuhan kebutuhan listrik saat ekonomi Indonesia semakin tumbuh di masa yang akan datang. Untuk memastikan listrik memadai, sambungnya, pemerintah pada satu sisi juga harus comply terhadap Paris Agreement atau green economy.


Karena  bagaimanapun juga, kata Bambang, kesiapan teknologi nuklir harus terus dijaga, terutama dari unsur keselamatannya, baik lokasi maupun teknologi yang menjamin keselamatan dari teknologi nuklir tersebut.


Dalam kerangka Paris Agreement dan green economy yang diinginkan oleh Presiden Jokowi, pihaknya juga mengembangkan penelitian berbasis ekonomi sirkuler. Selama ini ekonomi bersifat linier di mana limbahnya tidak terurus dan menjadi beban.


Dengan ekonomi sirkuler itu, lanjutnya, limbah yang muncul dari kegiatan ekonomi akan diolah kembali, bisa diolah menjadi bahan lainnya, tapi sebagian bisa menjadi energi.


Oleh sebab itu,  tegasnya, Teknologi pembangkit listrik berbasis sampah atau teknologi pengolahan sampah harus terus dikembangkan dengan memperhatikan berbagai jenis sampah yang ada di Indonesia.


Dia berharap, kota-kota besar di Indonesia bisa segera menerapkannya untuk pengolahan sampah, selain cara-cara yang tradisional, juga harus mulai mengembangkan pembangkit listrik dengan berbasis sampah tersebut.


"Sehingga dengan satu aktivitas seperti ini, kita bisa mencapai dua tujuan, yaitu tujuan untuk kebersihan lingkungannya dan tujuan juga untuk penyediaan energi yang bersifat terbarukan,” pungkasnya. (SN)

×
Berita Terbaru Update