Notification

×

Iklan

Iklan

SMPN 1 Pringgabaya Gunakan Aplikasi Tentukan Zona Calon Siswa, Begini Tanggapan Kadis

Wednesday, July 7, 2021 | July 07, 2021 WIB Last Updated 2021-07-07T16:00:07Z


 

Lombok Timur, Selaparangnews.com - Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pringgabaya memanfaatkan sebuah aplikasi  untuk menentukan cakupan zona calon siswa yang akan diterima pada tahun ajaran 2021/2022 ini. Hal itu dilakukan lantaran calon siswa yang masuk pada zonasinya melebihi kapasitas yang disediakan.


Saat ditemui di sekolah belum lama ini, Kepala SMPN 1 Pringgabaya, Suhardi, S.Pd menjelaskan bahwa cara kerja aplikasi itu sangat sederhana, cukup dengan mengambil foto calon siswa, maka secara otomatis data mengenai titik koordinat lokasi siswa tersebut akan muncul di sekolah. Dan dengan sendirinya juga akan ketahuan, apakah siswa tersebut, masuk zona atau tidak.


Aplikasi itu digunakan lantaran jumlah lulusan-lulusan SD yang masuk ke zona SMPN 1 Pringgabaya melampaui jumlah target yang disediakan. Untuk itulah, kata dia,Tim IT SMPN 1 Pringgabaya menciptakan aplikasi tersebut untuk mengatasi dilema yang dihadapi itu.


"Aplikasi itu dibuat oleh Tim IT SMPN 1 Pringgabaya," ujarnya. Rabu, 07/07/2021.


Salah satu contoh data calon siswa yang masuk ke sekolah setelah pengambilan gambar dengan aplikasi tersebut


Awalnya, kata Suhardi, pihaknya bingung bagaimana mengatasi masalah kelebihan jumlah siswa tersebut agar sesuai dengan azas keadilan serta bisa dimaklumi oleh wali murid. "Akhirnya tercetuslah aplikasi ini dan kami langsung melaporkannya ke Kepala Dinas," terangnya.


Kendati demikian, Ia mengaku tidak banyak siswa yang dibuang, karena dari 500-an lebih lulusan yang masuk di zona SMPN 1 Pringgabaya, sebagian besar masuk ke Pondok Pesantren atau Sekolah-Sekolah Swasta lainnya.


Untuk tahun ajaran baru ini, sambungnya jumlah siswa yang diterima di SMPN 1 Pringgabaya ialah sebanyak 352 orang yang dibagi ke dalam 11 kelas, di mana masing-masing kelas itu berisi 32 siswa.


Untuk mengantisipasi terjadinya human error dari aplikasi tersebut, lanjut Suhardi, pihaknya pernah meminta kepada Kepala Dinas Dikbud Lombok Timur untuk  menambah satu siswa lagi sebagai cadangan untuk masing-masing kelas. Meskipun sampai saat ini, katanya, siswa cadangan tersebut masih belum ada.

"Tapi sampai sekarang belum ada, itu untuk mengantisipasi saja," imbuhnya.


Pasalnya, kata Suhardi, aplikasi yang digunakan itu sangat sensitif. Metode pengambilan gambar oleh siswa harus betul-betul diperhatikan, karena jika tidak maka hasilnya bisa saja tidak sesuai dengan kondisi riilnya.


Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lotim, Ahmad Dewanto Hadi, saat dimintai tanggapan soal penggunaan aplikasi itu mengatakan bahwa aplikasi tersebut sederhana namun bermanfaat dan perlu pengembangan lebih lanjut.


"Menurut saya itu aplikasi sederhana dan cukup bermanfaat, tapi perlu pengembangan lebih lanjut," tulisnya via WhatsApp.


Pengembangan yang dimaksud, salah satunya ialah  mengenai data base calon siswa dan ketepatan tempat domisilinya dengan titik koordinat yang muncul. Selain itu juga terkait dengan sistem screeningnya, serta beberapa hal lain yang penting.


Terkait sistem zonasi di Lombok Timur, Ahmad Dewanto menilai bahwa sekarang menunjukkan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Diketahui bahwa pada tahun sebelumnya, lantaran adanya pelanggaran terhadap sistem zonasi tersebut sempat membuat salah satu SMP Negeri di Kecamatan Wanasaba mengalami kekurangan siswa.


"Yang sekarang alhamdulillah meskipun belum sempurna tetapi rujukannya sudah berupa regulasi dalam bentuk Perbup sehingga tegas," ujarnya seraya mengatakan bahwa  jika tahun lalu SMPN 3 Wanasaba hanya dapat 7 Siswa, maka tahun ini meningkat menjadi sekitar 15. (yns)

×
Berita Terbaru Update