Notification

×

Iklan

Iklan

Beasiswa Santri Tahfiz Qur'an di Lombok Timur Diduga Dimainkan Oknum Tuan Guru

Tuesday, April 26, 2022 | April 26, 2022 WIB Last Updated 2022-04-25T19:22:11Z

Gambar Ilustrasi

Lombok Timur, Selaparangnews.com - Kabar miring kembali menggentayangi dunia Pondok Pesantren di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kali ini terkait dugaan permainan oknum Tuan Guru  Pengurus Forum Ponpes Tahfiz Qur'an penerima bantuan beasiswa santri tidak mampu.


Sumber media ini menyebutkan, masing-masing Pondok diminta untuk menyetor ke forum oleh oknum Tuan Guru yang menjabat sebagai Ketua Forum tersebut sebesar 5 persen dari jumlah bantuan yang didapatkan. Bagi Ponpes yang dianggap tidak kooperatif terkait setoran sebesar 5 persen itu, mereka lantas dikurangi kuota santri penerimanya serta dikeluarkan dari WhatsApp Grup (WAG) Forum.


Kata sumber tersebut, alasan forum meminta 5 persen itu untuk membiayai acara Musabaqoh Hifzil Qur'an (MHQ) yang digelar antar Ponpes Tahfiz Qur'an. MHQ pertama, lanjutnya, dilakukan di salah satu Ponpes yang ada di Kecamatan Selong. MHQ kedua dilaksanakan di Ponpes Oknum Tuan Guru tersebut. 


Hanya saja, kata sumber yang enggan dipublish namanya itu, beberapa Ponpes minta supaya penggunaan iuran 5 persen tersebut dibuatkan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) supaya bisa disampaikan ke wali murid dan juga di manajemen pondok. 


Akan tetapi gara-gara meminta LPJ itu, kata dia, kuota santri penerima di Ponpes mereka berkurang drastis, mereka juga dibuang dari grup WhatsApp oleh Ketua Forum itu, sementara kuota penerima di Ponpesnya bertambah dua kali lipat. 


Sumber lainnya menyebutkan, pertama kali dapat program itu berjumlah 8 Santri kemudian jeda beberapa hari ditambah 2 sehingga menjadi 10 orang Santri. 


Namun setelah bantuan itu masuk, Ia mengaku membayar iuran ke Forum tersebut sebesar Rp. 1.750.000. Nominal itu, jelas dia, untuk 10 Santri. Jika kuotanya lebih dari itu, misalnya 25 atau 30, lanjutnya, maka iuran yang disetor ke Forum lebih besar lagi. 


"Program yang sudah mau berjalan tiga kali untuk tahun ini kami dapat di tahun kedua, itupun info dana santri ini saya dapat ketika saya masih bantu-bantu di dinas sosial dulu, bukan dari forum," terangnya lewat WhatsApp. Senin, (25/04/2022). 


Yang cukup mengganjal, kata Sumber yang juga pimpinan Pondok Pesantren tersebut, Pengurus Forum sangat jarang memberikan laporan perincian penggunaan uang iuran kepada Ponpes lainnya. Lantaran itu juga, kata dia, hal itu menjadi perdebatan di WAG Forum. 


"Iuran untuk tahun pertama kali cair saja katanya belum ada laporan, itu yang sempat saya baca," ujarnya sembari menjelaskan bahwa sebenarnya banyak pondok yang mengeluh terkait iuran tersebut, tapi tidak berani bersuara. 


Ia juga membenarkan bahwa kuota penerima paling banyak itu justru didapatkan oleh Ponpesnya Ketua Forum tersebut sementara untuk Ponpes lainnya malah dikurangi. 


"Tadi malam saya dapat info banyak Pondok yang dipangkas kuotanya. Kalau pondok saya sendiri tahun ini belum ada info bisa dapat atau tidak," pungkasnya sembari menegaskan kalau dirinya memang berharap tidak dapat lagi, karena dana tersebut adalah dana sosial untuk anak yatim piatu yang digunakan untuk biaya belajar al-Qur'an.


Tak hanya Pimpinan Ponpes penerima bantuan itu saja yang merasa ganjal dengan kebijakan Ketua Forum yang mengurangi kuota Santri penerima bantuan, bahkan Wakil Ketua Forum Adi Husada juga mempertanyakan keanehan itu. 


Saat dihubungi terpisah lewat telpon, Ia mempertanyakan kenapa kuota untuk Ponpes lain dikurangi, sementara untuk Ponpesnya sendiri malah bertambah dengan angka yang sangat mencolok. 


"Teman-teman dapat 10, dia dapat 50, kan jauh sekali," ucapnya seraya mempertanyakan apakah kualifikasi Santri di Pondoknya itu pantas atau tidak menerima bantuan itu. 


Awalnya, kata dia, ada 63 Pondok Pesantren penerima, tapi tahun ini bertambah 25 Pondok. Tapi, kata dia, tidak hanya Pondok yang dapat, melainkan juga TPQ. "TPQ menjadi tambahan sehingga jumlahnya 88 pondok dengan alokasi bantuan sama kepada 1. 300 santri," paparnya.


Kendati Ia membantah adanya pemotongan 5 Persen dari jumlah bantuan yang diterima, namun Ia mengaku bahwa itu bukan pemotongan, melainkan urunan untuk menggelar acara MHQ. 


"Tidak ada pemotongan 5 persen, yang ada urunan untuk pelaksanaan  Musabaqoh Hifzil Qur'an sama-sama 5 persen," sebutnya.


Saat ditanya mengapa diambil dari bantuan anak yatim, bukankah itu adalah urusan pondok dan panitia, Ia mengatakan bahwa sebenarnya itu dari pondok. Dan urunan itu, katanya, merupakan kesepakatan. "Itu kesepakan bersama untuk kebutuhan MHQ," pungkasnya. 


Sementara itu, oknum Tuan Guru selaku Ketua Forum Ponpes Tahfiz Qur'an tersebut belum memberi keterangan apapun meski sudah coba dikonfirmasi via telpon dan WhatsApp. 


Namun, keterangan terkait hal itu didapatkan dari Sekretaris Forum Saparudin. Saat dikonfirmasi via telpon, Ia mengatakan bahwa yang seharusnya memberi jawaban ialah Ketua Forum, bukan sekretaris. 


Kendati berkata demikian, Ia menjawab apa yang menjadi keluhan para Pimpinan Ponpes yang dikurangi kuota Santri penerima dan iuran 5 Persen kepada forum dari jumlah bantuan yang diterima. 


Saparudin mengatakan, pengurangan jumlah santri itu dilakukan karena adanya penambahan ponpes yang menjadi penerima bantuan. Setahu dia, di tahun pertama hanya 24 Ponpes yang dapat bantuan itu. Karenanya,  ponpes yang tadinya dapat kuota cukup banyak, dialihkan ke Ponpes yang baru dapat tersebut. 


"Setahu saya ya, di tahun pertama cuma 24 Ponpes yang dapat dengan total dana sebesar Rp. 5 Miliar, karena banyak yang belum dapat maka dialihkan ke sana," jelasnya. 


Terkait Iuran yang 5 persen itu, Saparudin menyampaikan hal yang sama dengan Adi Husada, Wakil Ketua Forum, bahwa itu digunakan untuk pelaksanaan acara MHQ. Katanya, itu kesepakatan forum untuk menggelar acara tersebut. 


Mengapa diambil dari semua santri yang dapat bantuan, karena menurutnya iuran itu juga bakal dimanfaatkan oleh para santri tersebut. Menurutnya, MHQ itu bakal menjadi arena silaturahmi para santri yang mendapat bantuan itu. "Jadi nanti berkumpul semua santri yang mendapat bantuan itu untuk silaturahim sekaligus lomba serta untuk mengetahui progressnya seperti apa," paparnya. 


Ia mengatakan bahwa biayanya itu bukan dipotong dari iuran santri yang 5 persen tersebut, melainkan hasil kesepakatan antar Ponpes. "Biayanya kita sepakat antar Pondok, bukan dipotong, yang dapatnya banyak mungkin iurannya lebih banyak dan yang sedikit ya lebih sedikit dengan kata lain itu digunakan untuk membiayai kegiatan kita bersama, urunan gitu," jelasnya. (Yns) 





×
Berita Terbaru Update