Notification

×

Iklan

Iklan

Echo Green Gelar FGD Advokasi Kebijakan di Tingkat Kabupaten: Mendukung Pertanian Muda di Lotim.

Thursday, November 3, 2022 | November 03, 2022 WIB Last Updated 2022-11-07T23:09:26Z

FGD (Fokus Group Discussion) oleh Echo Green terkait Dukung terhadap Inisiatif Petani Muda dan Perempuan Membangun Pertanian di Lombok Timur  (Foto: Yunus/Selaparangnews.com) 

SELAPARANGNEWS.COM - Program Echo Green di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat kembali mengadakan Fokus Group Discussion (FGD) di Aula Kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Lombok Timur. Kamis, (03/11/2022).

FGD yang dibuka Sekretaris Dinas PMD Lombok Timur HM. Safwan itu dihadiri  perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, seperti Sekretariat Daerah, Bappeda, DPMD, Bagian Hukum, Dinas Pertanian
Dinas PUPR, Pemerintah Kecamatan,
Panitia Perumus Perdes,
Pemerintah Desa dan dari
KpSHK (Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan) selaku bagian dari Echo Green tersebut.

Adapun topik yang dibahas dalam FGD kali ini berkaitan dengan Advokasi Kebijakan di Tingkat Kabupaten Lombok Timur sebagai catatan kebijakan dan rekomendasi bagi pemerintah untuk mempertahankan dukungan bagi petani perempuan dan pemuda dalam melakukan inisiatif pembangunan pertanian (ekonomi hijau).

Perwakilan Echo Green atau tepatnya KpSHK, Subhan menjelaskan bahwa atas dukungan Uni Eropa, sejak tahun tahun 2020 Echo Green di Kabupaten Lombok Timur telah ikut memperkuat keterlibatan perempuan dan pemuda dalam pembangunan desa di bawah tatanan desa yang baru berdasarkan Undang-Undang Desa bahwa pemerintah desa memiliki wewenang untuk menyusun Rencana Tata Ruang Desa dan Rencana Tata Guna Lahan Desa yang terintegrasi.

Apalagi, kata dia, salah satu kebijakan strategi penataan ruang (RTRW) Kabupaten Lombok Timur adalah pengembangan wilayah berbasis sektor pertanian.

"Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian mendapat perhatian khusus untuk dikembangkan karena Kabupaten Lombok Timur potensi pertanian yang meliputi pertanian pangan dan hortikultura, perkebunan serta peternakan," ucapnya.

Kaitannya dengan Inisiatif pertanian organik telah yang telah diinisasi dan diterapkan di beberapa wilayah di Kabupaten Lombok Timur melalui program Echo Green dengan dukungan pendaan dari European Union (EU)dengan menerapkan konsep pertanian berkelanjutan yang menyasar petani muda (kelompok tani perempuan dan kelompok tani pemuda) tersebut memperkenalkan pertanian hijau yang bernuansa organik.

Kata Subhan, berdasarkan hasil pemantauan menunjukan bahwa telah terjadi perubahan pola pikir dari model pertanian konvensional yang menggunakan banyak agrokimia yang dalam jangka panjang akan mengancam kehidupan manusia ke model pertanian berkelanjutan melalui pertanian organik.

Karena itu, tandasnya, Inisiatif tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, pemerintah sebagai pengambil kebijakan, masyarakat petani, termasuk industri.

"Banyak fakta menunjukan bahwa masih banyak, sebagian besar petani mempraktekan pertanian yang tidak ramah lingkungan dan jauh dari konsep ekonomi hijau," ujarnya.

"Untuk mengejar keuntungan banyak petani yang menggunakan agrokimia (pupuk dan pestisida) secara berlebihan misalnya untuk pertanian holtikultura yang merupakan salah satu andalan sektor pertanian di Kabupaten Lombok Timur," paparnya.

Dari kiri: Subhan dari KpSHK/Echo Green, M. Safwan Sekretaris Dinas PMD Lombok Timur dan Assairul Kabir Kepala Bidang TTG dan PSDA Dinas PMD Lombok Timur

Subhan menegaskan bahwa bahan agrokimia pupuk dan pestisida merupakan salah satu input teknologi yang sangat dibutuhkan untuk sistem pertanian modern, namun juga berpotensi menimbulkan banyak kerusakan.

Selain itu, jelasnya, penggunaan agrokimia yang berlebihan juga dapat menyebabkan berbagai permasalahan diantaranya keracunan tanaman, timbulnya resistensi hama, serta tercemarnya tanah dan air.

"Selain pencemaran lingkungan, pengaruh cemaran agrokimia ini juga memberikan dampak negatif terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya," ucapnya.

Untuk mengubah pola pikir para petani dari model pertanian konvensional yang tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan tidak ramah lingkungan ke pola pikir model pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, sambungnya, membutuhkan investasi yang cukup besar guna meningkatkan kapasitas dan keterampilan para petani, serta semua rantai nilainya.

"Karena itulah program Echo Green menfasilitasi pertemuan para pihak untuk menyusun dan membuat catatan kebijakan bagi pemerintah untuk mempertahankan dukungan bagi petani perempuan dan pemuda dalam melakukan inisiatif pembangunan pertanian (ekonomi hijau)," pungkasnya. 

×
Berita Terbaru Update