Notification

×

Iklan

Iklan

Penggunaan Bahasa di Kalangan Anak Usia Dini

Monday, January 30, 2023 | January 30, 2023 WIB Last Updated 2023-01-30T04:08:55Z

Gambar ilustrasi

Opini - Masa kanak-kanak sering kita dengar mengalami masa golden age. Otak anak sudah bekerja 80% mulai di tandai perkembangan anak secara fisik, kognitif, sosial emosional,nilai moral, dan bahasa. Mereka meluapkan keceriaan, kegembiraan ketika bermain. 


Sedikit orang tua mengetahui manfaat sebuah bermain. Pendidikan anak usia dini lebih menekankan pembiasaan perkembangan anak itu sendiri.  


Anak terbilang sangat aktif lincah melebihi anak anak lainnya. Ketika anak diajarkan membuang sampah pada tempatnya lama kelamaan akan terbiasa. Begitu juga dengan bahasa, bagi kalangan anak usia dini, mereka cenderung mengikuti komunikasi sehari hari. Bahasa kita tanpa disadari akan di tirukan anak anak. Sejak dini seharusnya anak sudah dididik dengan baik oleh orang tua. 


Dari rumah, anak sudah diajarkan akidah, akhlak, dan berbagai kewajiban ibadah. Pendidikan sebenarnya bukan hanya dituntut dari sekolah. Mendidik anak sudah semestinya dimulai dari lingkungan keluarga. Pola asuh orang tua zaman sekarang berbeda dengan zaman dulu.Mungkin zaman dulu membentak atau memarahi akan membuat anak jera, tapi tidak dengan zaman sekarang.


Justru dengan dibentak akan membuat emosional anak menjadi tidak stabil, merasa sakit hati, trauma dan ingin memberontak dengan tidak mengikuti perkataan orang tuanya. Terkadang hal ini bahkan membuat anak ingin melakukan hal yang bertentangan dengan omongan orang tuanya.


Pesannya adalah, bagi semua orang tua, apalagi di zaman gadget sekarang ini, ini merupakan PR besar membangun koneksi dan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.


Permasalahannya, orang tua sibuk dengan gadget, si anak juga dikasih gadget, maka "sempurnalah" kerusakan hubungan antara orang tua dan anak.Wajar kalau susah terjalin komunikasi yang baik, wajar kalau renggangnya hubungan antara orang tua dan anak, wajar anak susah mau mengikuti omongan dan nasihat orang tuanya. 


Mendidik anak merupakan pekerjaan yang sulit, karena (dalam menghadapi) mereka membutuhkan kesabaran dan kecerdikan (untuk mengambil hatinya) termasuk di antaranya, ada anak yang butuh perlakuan lembut, ramah, tidak suka dibentak-bentak dengan keras. Dan jika diperlakukan dengan cara sebaliknya, niscaya ia akan membangkang. 


Ada pula anak yang perlu dikerasi, tapi tetap tidak melebihi batas kewajaran. Apabila sampai berlebihan maka akan menyebabkan anak sulit diatur dan tidak patuh terhadap nasehat kedua orang tuanya.


Sungguh kita berada di sebuah zaman yang mengalami krisis luar biasa hampir di semua aspek. Krisis alam, krisis manusia, krisis kehidupan, krisis kearifan bahkan sampai kepada krisis agama. Itu semua akibat ulah dan perbuatan tangan manusia yang merasa menjadi Tuhan padahal seharusnya hanya wakil Tuhan. 


Manusia modern melakukan rekayasa dan intervensi (over nurturing) dalam seluruh aspek kehidupan sehingga merusak apa apa yang seharusnya tumbuh alamiah (nature). Alam menjadi rusak karena manusia berlebihan melakukan inovasi dan eksploitasi besar-besaran Rasulullah saw mengajarkan pada umat Islam akan pentingnya adab. 


Adab merupakan norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama Islam.Bukan hanya mengajarkan sopan santun, tapi juga bersikap dan membangun karakter agar menjadi seorang muslim yang baik.


Untuk itu, orang tua diwajibkan menjadi teladan dalam mengajarkan akhlak yang baik pada anak-anaknya. Memberi contoh bagaimana bersikap, tidak egois, membantu orang lain, termasuk bagaimana bersikap menjadi muslim dan muslimah yang baik sesuai tuntunan Nabi Muhammad. 


Anak adalah titipan Allah yang sangat berharga. Tidak ada pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya, selain daripada akhlak yang mulia.


Anak adalah cerminan orang tua. Apa yang kau harapkan padanya bergantung pada caramu memperlakukannya Hati seorang ibu merupakan pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik. 


Setiap orang tua tentu berharap anak-anaknya kelak menjadi anak yang shaleh, berakhlak mulia, dan berbakti kepada keduanya. Akan tetapi, anak tidak akan serta merta menjadi demikian jika tidak dibiasakan sejak dini. Diperlukan cara mendidik anak yang benar dan bijak karena tanpa didikan dan arahan yang tepat, mustahil rasanya hal itu akan terjadi.


Maka dari itu, kita sebagai orang tua perlu belajar bagaimana cara mendidik anak yang benar dan tepat dalam Islam.Saat mereka mulai berusia 1 tahun, mulai bisa mendidik dengan mencontohkan bahwa adab dan kebaikan itu indah. Mereka pun diajari salim jika bertemu keluarga, mengucapkan salam saat masuk rumah atau bertamu, dan lain lain.


Saat mereka berusia 4 tahun, ketika dalam fase menentang (yang ditandai dengan sering membantah apapun yang kita suruh), anak bisa dididik bahwa "protes boleh, tapi ada adabnya". 


Mendidik anak tentang adab sudah bisa dilakukan sejak bayi usia 6 bulan. Saat mereka mulai berusia 1 tahun, mulai bisa mendidik dengan mencontohkan bahwa adab dan kebaikan itu indah. Mereka pun diajari salim jika bertemu keluarga, mengucapkan salam saat masuk rumah atau bertamu. 


Salah satu penyebab utama kegagalan pendidikan anak adalah minimnya pengetahuan orang tua atau pendidik tentang karakteristik kejiwaan anak. Ibarat seorang dokter, orang tua dan pendidik kurang mampu mendiagnosis penyakit pasiennya, sehingga proses pengobatan yang ia lakukan menjadi tidak terarah dan asal-asalan.  


Pendidikan yang tidak terarah sangat membahayakan perkembangan jiwa anak. Anak akan tumbuh dalam kondisi kejiwaan yang tidak utuh, seperti gampang putus asa, minder, penakut, pemarah dan lain sebagainya. Untuk itu, pengetahuan dan pemahaman tentang jiwa anak-anak (ma’rifatul aulad) menjadi modal dasar bagi kesuksesan mendidik anak. Ma’rifatul aulad menjadi landasan gerak bagi proses pendidikan anak.


BANYAK BERGERAK, GEMAR BERMAIN DAN BERSUKACITA


Inilah sifat motorik anak yang khas. Anak – terutama di bawah usia 8 tahun – selalu banyak bergerak, tidak bisa diam untuk waktu yang lama, gemar bermain dan selalu bersuka ria. Ini adalah sifat yang wajar dan tidak membahayakan. Malah justru jika seorang anak tidak banyak bergerak dan sering menyendiri, maka akan dipastikan ia memiliki ‘kelainan’ secara kejiwaan. 


Orang tua dan pendidik yang paham dengan sifat anak ini akan memberikan ruang gerak yang cukup bagi anak, dengan tetap memberikan kontrol yang intens. Namun orang tua dan pendidik yang tidak memahami sifat anak ini, akan cenderung emosional dan suka memarahi anak. Dan ini merupakan sebuah bentuk ‘penindasan’ naluri fitriah anak.Banyak bergerak akan menambah kecerdasan dan pengalaman anak setelah dewasa.


SELALU INGIN MENIRU.


Anak kecil akan selalu meniru orang dewasa, khususnya kedua orang tuanya dan gurunya dalam hal yang baik maupun buruk. Anak akan menyerap semua tingkah laku orang dewasa yang dekat dengan dirinya. Maka, salah satu problem besar yang menaungi dunia pendidikan anak saat ini adalah tidak baiknya kepribadian pendidik (syakhshiyyatul murabbi). 


Orang tua dan guru tidak bisa menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Untuk itu, wahai para orang tua dan guru, jika Egkau ingin memperbaiki akhlak anak, maka ibda’ min nafsika (mulailah dari dirimu sendiri). Perbaikilah dulu akhlak Engkau, niscaya akhlak anak pun akan ikut baik. 

Penulis : Baiq Risqi Irhamni|Mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo 


×
Berita Terbaru Update