Notification

×

Iklan

Iklan

Karakteristik Perkembangan Agama Pada Anak-Anak

Tuesday, July 18, 2023 | July 18, 2023 WIB Last Updated 2023-07-17T23:59:56Z

Gambar Ilustrasi


Perkembangan Jiwa Agama pada Anak


Perkembangan jiwa beragama pada anak adalah mengikuti aspek perkembangan jiwa yang lainnya. Klasifikasi yang ditampilkan oleh Zakiah Daradjat, misalnya, amat luas. Sebagai contoh adalah perkembangan jiwa pada masa anak-anak, termasuk di dalamnya perkembangan pada masa sebelumnya, masa anak-anak awal, sehingga rentang untuk masa anak-anak dimulai dari umur 2-12 tahun, yang jelas jauh beragam dan terpadu. 


Di samping penjelasan di atas, para ahli mencoba mengungkap sumber jiwa beragama pada diri seseorang. Zakiah Daradjat misalnya menjelaskan bahwa dalam diri manusia, selain mempunyai kebutuhan jasmani juga mempunyai kebutuhan rohani. 


Manusia mempunyai kebutuhan akan keseimbangan pada kedua kebutuhan tersebut, sehingga dalam kehidupan jiwanya tidak mengalami tekanan.

Terdapat enam unsur kebutuhan dikatakan oleh Zakiah Daradjat (1990: 76-98), yaitu: Kebutuhan akan rasa kasih sayang, Kebutuhan akan rasa aman dan Kebutuhan akan rasa harga diri. 


Gabungan dari keenam kebutuhan tersebut menyebabkan orang memerlukan agama. Melalui agama, kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat disalurkan dan dengan melaksanakan ajaran agama secara baik, maka kebutuhan akan rasa aman, rasa kasih sayang dan sebagainya, akan dapat terpenuhi.


Perkembangan Agama pada Masa Anak-anak 


Masa anak-anak adalah sebelum berumur 12 tahun. Jika mengikuti periodesasi yang dirumuskan Elizabeth B. Hurlock, dalam masa ini terdiri tiga tahapan, yaitu: 0-2 tahun (masa vital), 2-6 tahun (masa kanak kanak), dan 6-12 tahun (masa sekolah). Menurut beberapa ahli, anak dilahirkan bukan sebagai makhluk yang religius, ia tak ubahnya seperti makhluk lainnya. 


Selain itu juga terdapat pendapat para ahli yang mengatakan bahwa anak dilahirkan telah membawa fitrah keagamaan, dan baru berfungsi kemudian setelah melalui bimbingan dan latihan sesuai dengan tahap perkembangan jiwanya seperti teori four wisher yang dikemukakan oleh Thomas, bahwa manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat keinginan, yaitu: Keinginan untuk selamat, Keinginan untuk mendapatkan pengalaman baru, Keinginan untuk mendapatkan tanggapan baru, dan Keinginan untuk dikenal. Hadits Rasulullah SAW. “Setiap anak dilahirkan secara fitrah, maka kedua orangtuanyalah menjadikan dia Yahudi, Majusi atau Nahsroni.”


Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Agama 


1. Faktor Lingkungan Keluarga, Anak bergantung pada keluarga sebagai tempat pertama dan terpenting mereka. Keluarga memainkan peran penting dalam pembentukan kepribadian anak


2. Faktor Teman Sejawat atau Lingkungan Bermain Saat anak bertambah usia dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya atau kelompok, teman-temannya akan mempengaruhi perkembangan agamanya 


3. Faktor Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang menerapkan program yang sistematis untuk membimbing, mengajar, dan melatih siswa untuk memaksimalkan potensi mereka. 


Upaya Optimalisasi Perkembangan Agama pada Anak  


Pembinaan jiwa agama pada anak menjadi tanggung jawab semua pihak menuju terciptanya kematangan beragama si anak di kemudian hari. 

Ciri-ciri kematangan beragama seseorang menurut Yusuf (2006), adalah: 

1. Kesadaran bahwa setiap perilakunya tidak terlepas dari pengawasan Allah, 

2. Mengamalkan ibadah ritual secara ikhlas, 

3. Menerima romantika kehidupan 

dengan ikhlas. 


Untuk mencapai kematangan seperti di atas, ada beberapa langkah yang dapat diambil, terutama di sekolah. Guru agama harus memiliki sifat yang mendorong minat agama siswa mereka, seperti: a) Kepribadian yang teguh (akhlak mulia) seperti: jujur, bertanggung jawab, berkomitmen terhadap tugas, disiplin dalam bekerja, kreatif, dan respek terhadap siswa; b) Menguasai disiplin ilmu dalam bidangnya; dan c) Menguasai disiplin ilmu dalam bidangnya.


Kesimpulan


Jika anak dibiarkan saja tanpa didikan agama dan hidup dalam tidak beragama, ia akhirnya akan menjadi dewasa tanpa agama. Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa, dari kata-kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara acuh. Tuhan bagi anak pada awalnya merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya. 


Tidak adanya perhatian terhadap Tuhan pada tahap pertama ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya ke sana, baik pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman yang menyusahkan.


Daftar Pustaka

Baihaqi dkk, Perspektif Anak dengan Kebutuhan Khusus, Bandung, Rineka Cipta. Conny, Semiawan, 1996, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Jakarta, Dikti. Efendi, 2007, Anak Berkebutuhan Khusus, Surabaya, Usaha Nasional. Fatimah, Enung, 2006, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), Bandung, CV. Pustaka Setia. Hurlock, Elizabeth, B, 1980, (terj) Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan), Jakarta, PT. Erlangga. Hurlock, Elizabeth, B, 1991, (terj) Perkembangan Anak, Jakarta, PT


Penulis: Riyadi, Nurul Hidayatul Ulum, Rohmah Widianti, Fiardi Hanggoro Wibowo, Baiq Risqi Irhamni. 

×
Berita Terbaru Update