Notification

×

Iklan

Iklan

Gelar Media Gathering Bersama Wartawan, ADBMI Sebut Perlindungan Terhadap PMI Masih Lemah

Saturday, July 4, 2020 | July 04, 2020 WIB Last Updated 2021-04-01T19:18:50Z
Acara Media Gathering . Judan Putrabaya, dari Lembaga Perlindungan Anak (Kiri)  Roma Hidayat , Direktur ADBMI (Tengah) Muhammad Tapaul dari PT. Bagus Bersaudara (Kanan)

Lombok Timur, Selaparangnews.com –  Mengingat  banyaknya  persoalan  yang dihadapi oleh Pekerja Migran Indonesia, terutama di masa pandaemi  Covid-19 ini, membuat  Direktur  Yayasan Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADBMI), Roma Hidayat menarik suatu kesimpulan bahwa perlindungan terhadap PMI masih sangat lemah. Hal itu disampaikan  dalam acara Media Gathering untuk mengekspose perlindungan PMI di Lesehan Asri Sekarteja, pada kamis, 2 Juli lalu.

Dalam kesempatan itu, Roma mengatakan kualitas perlimdungan terhadap PMI masih belum terlihat dengan jelas. Pasalnya, masih banyak PMI yang mengalami perlakuan yang tidak adil tanpa bisa mendapatkan haknya sebagai pekerja.


“Kualitas Perlindungan terhadap PMI belum begitu nampak kita lihat, beberapa waktu lalu kita baca di Koran, kita menerima 202 mayat PMI dari luar negeri, pertanyaaannya, berapa dari 202 mayat itu yang sudah diinvestigasi, berapa di antara mereka yang mati secara wajar dan mendapatkan asuransi” tandasnya saat memandu acara. Sabtu (04/07/2020).

Roma menambahkan, pertanyaan-petanyaan di atas belum pernah dijawab oleh  Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) selaku  lembaga yang bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan kepada para pahlawan devisa itu.


Selain itu,dia juga mempertanyakan kinerja pemerintah dalam memberantas lembaga jasa pemberangkatan PMI yang dinilainya abai dengan nasib mereka. Khusunya di Lombok Timur, lanjut Roma,dengan jumlah Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) yang sedikit yakni sekitar 10 lembaga. harusnya tidak perlu kesulitan dalam melakukan pengawasan. Tapi faktanya masih banyak P3MI yang tidak profesional dalam bekerja, sehingga nasib PMI menjadi tidak jelas.


"Apa sulitnya pemerintah melakukan penertiban atau menjalin kerjasama dengan P3MI yang berada di Lombok Timur. Apalagi jumlah P3MI di Lombok Timur yang aktif tidak begitu banyak, hanya 10" cetusnya.

Menurutnya, kualitas perlindungan PMI itu merupakanhasil dari kurangnya pengawasan pemerintah tehdap P3MI tersebut. Padahal Itu merupakan satu hal pokok yang harus dilakukan jika ingin serius menangani PMI, di samping sebagai upaya untuk mengurangi jumlah calo yang kerap memanfaatkan mereka untuk mendapatkan keuntungan.

“PMI itu, hidup dan matinya selalu dicaloin. waktu berangkat dicalo, ketika meninggal juga ada saja calo yang memanfaatkannya untuk mencari keuntungan” tutupnya. (SN-05)



×
Berita Terbaru Update