Notification

×

Iklan

Iklan

Catat! Dispar Lotim Tegaskan, Tak Ada Destinasi Wisata Gratisan

Friday, October 23, 2020 | October 23, 2020 WIB Last Updated 2021-04-01T16:51:22Z

Foto: H. Mugni, Kepala Dinas Pariwisata Lombok Timur saat ditemui di ruang kerjanya

Lombok Timur, Selaparangnews.com - Sektor pariwisata di Lombok Timur menjadi salah satu alternatif pembangunan daerah melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di tengah Pandemi Covid-19. Oleh sebab itulah, Dinas Pariwisata Lombok Timur mengingatkan kepada masyarakat jika wisata itu memang perlu berbiaya untuk meningkatkan PAD melalui sektor wisata.

"Kalau ada yang menginginkan destinasi wisata itu gratis, yang benar saja," ketus Haji Mugni, Kepala Dinas Pariwisata Lombok Timur saat ditemui di ruang kerjanya. Jum'at, 23/10/2020.

Hal itu menurutnya sangat wajar, karena retribusi yang diperuntukkan bagi masyarakat ketika di tempat wisata, nantinya akan kembali sebagai pembangunan fasilitas di tempat wisata tersebut.

Terlebih lagi, kata Mugni, berwisata itu merupakan aktvitas yang memang perlu dipersiapkan sebelumnya. Jadi, masyarakat biasanya akan mempersiapkan segala bentuk biaya ketika ingin berkunjung ke tempat wisata tertentu di Lombok Timur.

"Kalau ada orang ingin berwisata pasti mereka menyiapkan uang terlebih dahulu," tandasnya.

Karena memang, lanjutnya, kegiatan berwisata itu bermanfaat untuk menyegarkan fikiran, apalagi bersama dengan sanak keluarga, sahabat, ataupun kerabat. Itulah yang menjadi tujuan utama dari berwisata tersebut menurutnya.

Adapun salah satu kriteria yang menyebabkan tempat wisata diambil alih oleh Dispar, kata Mugni ialah ketika sudah dibangunkan fasilitas di arena destinasi wisata tersebut.

"Itu dibayar karena ada fasilitas umum yang dibangun pada area tempat wisata itu," ucapnya.

Dari biaya retribusi itulah, kata Mugni menjelaskan, dijadikan sebagai dana operasional bagi petugas wisata yang telah ditetapkan oleh Dispar Lotim. Sebab, kata dia, jika tidak ada orang yang mengelola tempat wisata tersebut maka akan menyebabkan fasilitas yang sudah dibangun akan tidak terurus dan menjadi sia-sia.

Dirinya menegaskan bahwa dasar dari pembentukan pengelola berupa Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), ialah sebagai langkah untuk mengurangi pengangguran. Karena dengan adanya pengelola dari tempat wisata lokal, nantinya serapan tenaga kerja bisa lebih dimaksimalkan.

"Kami bagi hasilnya kemudian antara pengelola dan Pemda dengan kesepakatan 60% masuk ke kas daerah dan 40% masuk ke pengelola," ulasnya.

Kemudian yang 40% tersebut, kata Mugni masih dibagi antara Desa tempat wisata tersebut dengan Pokdarwis. Yaitu 25% untuk Pokdarwis dan 15% untuk pihak Desa.

Menurut pandangannya, Desa berperan juga dalam hal pembangunan wisata. Mengingat, peran Desa juga sebagai penaggungjawab untuk memajukan destinasi wisata tersebut.

Maka jika semakin banyak nantinya wisatawan yang masuk ke destinasi wisata, maka otomatis akan bertambah juga pendapatan antar masing-masing pihak.

"Desa sebagai penanggungjawab juga, jika banyak wisata yang datang maka otomatis pendapatan daerah juga akan bertambah," ungkapnya. (fgr)

×
Berita Terbaru Update