Notification

×

Iklan

Iklan

DPP HKTI NTB Teken MoU Dengan PT. Karya Hoqi, 10 Juta Sapi Segera Tiba Bagi Peternak

Thursday, October 22, 2020 | October 22, 2020 WIB Last Updated 2021-04-01T16:53:12Z

Foto: Saat Ketua HKTI NTB, H. Rumaksi Sj dan Direktur Utama PT. Karya Hoqi, H. Bachtiar menandatangi nota kesepakatan

Lombok Timur, Selaparangnews.com - Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Nusa Tenggara Barat (NTB) telah menandatangani nota kesepakatan dengan PT. Karya Hoqi terkait 10 Juta ekor Sapi untuk digemukkan oleh para peternak di NTB.

Dengan terbitnya nota kesepakatan itu, menjadi bukti bahwa DPP HKTI NTB benar-benar serius dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama para peternak sapi yang ada di NTB, terlebih para peternak yang ada di Kabupaten Lombok Timur.

Seperti diungkapkan Direktur Utama (Dirut) PT. Karya Hoqi, H. Bachtiar bahwa dalam kontrak kerja sama  yang telah disepakati itu dikatakan bahwa PT. Karya Hoqi akan mengimpor 10 juta ekor sapi Bakala (Brahma) dari Australia, yang akan didistribusikan secara bertahap dalam jangka waktu 5 tahun ke depan.

"kita PT. Karya Hoqi berkerja sama dengan DPP HKTI NTB untuk kepentingan masyarakat, kenapa tidak. Kita akan distribusikan secara bertahap, ada 10 juta ekor kita impor dari Australi, yang diplasmakan kepada rakyat. Intinya HKTI plasmanya adalah rakyat," katanya kemarin, Rabu (21/10/2020).

Bachtiar melanjutkan, alasan melakukan impor sapi karena kurangnya stok sapi di dalam negeri yang berbanding lurus dengan tingkat konsumsi masyarakat yang begitu tinggi. Dan yang lebih penting dari hal itu ialah masyarakat akan mendapatkan manfaat ekonomi dengan pola penggemukan tesebut.

"Alasan memilih sapi Australia, ya satu sisi karena sapi di Indonesia kurang dari jumlah konsumsi, jadi kita harus import untuk digemukkan di sini, dan sisi yang lain masyarakat juga mendapat hasil atas binaan HKTI," paparnya.

Sementara itu, ketua DPP HKTI NTB yang juga Wakil Bupati Kabupaten Lombok Timur, H. Rumaksi SJ. S.H., menyatakan bahwa di dalam program itu, Lotim akan dijadikan prioritas agar tercipta percepatan kesejahteraan masyarakat.

"Kalau untuk Lombok Timur secukupnya, jadi saya selaku ketua DPP HKTI NTB mendatangkan ini dalam jangka waktu 5 tahun, jadi 10 juta ini kita bagi ke se-NTB , tentunya Lombok Timur skala prioritas," tegasnya.

Dia melanjutkan, ke depannya pola yang akan dipergunakan di Lotim adalah pemberdayaan, dengan tujuan utama mengentaskan kemiskinan.

"Ini yang akan kita berikan, terutama kita akan berkerja sama dengan pondok pesantren, dan ini ada kaitannya dengan saya sebagai ketua tim penurunan kemiskinan dan untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat," terangnya.

Lebih lanjut terkait progres dan teknis program ini dijelaskan lebih rinci oleh Sekretaris DPP HKTI NTB, Iwan Setiawan.

Iwan menjelaskan bahwa proses kerja sama itu tidak datang begitu saja, melainkan melalui poses yang cukup panjang.

“Program ini tidak ujuk-ujuk, jadi ada proses jemput bola dari Ketua DPP hingga DPN HKTI Pak Moeldoko. Dan alhamdulilah hari ini sudah mencapai tahap akhir dalam bentuk administrasi, tadi sore pemeriksaan tempat karantina di Pelabuhan Gili Mas Pelindo II dan semua proses berjalan baik," ujarnya.

Persiapan selanjutnya yang akan dilakukan oleh DPP HKTI NTB, lanjut Iwan ialah membangun fasilitas Rumah Potong Hewan (RPH). Bahkan, tandasnya, DPP HKTI NTB bertekad untuk membangun RPH terbesar di NTB.  Untuk sementara, Iwan menyampaikan bahwa saat ini pihaknya masih menyewa RPH milik Pemprov NTB.

"Tinggal penyiapan RPH. Untuk sementara kami menyewa RPH milik Provinsi, akni di Rumak karena kapasitas yang ada di Lombok Timur tidak memungkinkan. Kemungkinan ke depan kita akan cari lokasi di Lombok Timur untuk RPH yang kapasitasnya 1000 ekor per hari dan akan menjadi yang terbesar karena di Rumak itu kapasitasnya 200 ekor per hari," jelasnya.

Selain membangun RPH, kata Iwan, DPP HKTI NTB berkerja sama dengan Pemprov NTB untuk membangun fasilitas penunjang utama lain yang sangat penting, yaitu fasilitas karantina.

"DPP HKTI NTB juga telah berkerjasama dengan Pemerintah Provinsi NTB untuk membangun fasilitas karantina, itu sangat penting karena menyangkut iklim jadinya minimal sapi itu akan dikarantina 2 minggu. Setelah dikarantina baru didistribusi ke masing-masing kabupaten," ucapnya.

Terkait dengan jenis sapi Brahma yang akan digemukkan oleh masyarakat di NTB, khususnya di Lotim ada dua tipe sambung Iwan, yang pertama ialah sapi yang siap potong dan kedua ialah sapi yang akan digemukkan oleh masyarakat. Selain itu juga karena jenis sapi itu merupakan jenis yang sudah jelas pangsa pasarnya.

"Sapi ini ada dua jenis, satu sapi yang langsung dipotong di Rumak, satu lagi yang akan dipelihara masyarakat, beratnya minimal 400-450 kg. Jadi untuk sapi Bakala ini sudah jelas pangsa pasarnya, yaitu di Timur Tengah, juga untuk kebutuhan masyarakat di seluruh provinsi juga merupakan kebutuhan lainnya," tegasnya.

Atas program yang begitu prestisius ini, Iwan menegaskan sangat optimis dan akan membuktikan jika program ini dapat mensejahterakan masyarakat, sehingga berharap pengawasan dari semua elemen. 

"Program ini banyak dikatakan gila, tapi kita akan buktikan bersama PT. Karya Hoqi dan DPP HKTI NTB, bahwa kita pasti akan berhasil. Tentu kami harapkan program ini mari kita jaga, mungkin tidak akan sempurna di awal karena banyak fasilitas yang kita butuhkan, tapi kita tetap optimis," pungkasnya. (SN-Red)

×
Berita Terbaru Update