Notification

×

Iklan

Iklan

Wabup Lotim Harapkan Tokoh Adat Jadi Mitra Kritis dan Strategis Pemerintah

Monday, November 9, 2020 | November 09, 2020 WIB Last Updated 2021-04-01T15:58:03Z


Lombok Timur, Selaparangnews.com – Wakil Bupati Kabupaten Lombok Timur, H. Rumaksi, Sj mengakui bahwa mewujudkan Visi-Misi Lombok Timur yang Adil, Sejahtera dan Aman (ASA)  bukanlah perkara yang mudah bagi pemerintah, terlebih jika Pemerintah hanya bekerja sendiri tanpa dukungan dari seluruh komponen masyarakat.

Hal itu diungkapkannya di hadapan Tokoh Adat, Kabinda NTB, Wakil Ketua Komisi III DPD RI, Raja-raja Se-Nusantara, dan Pemangku, Pengerakse, serta tokoh adat lainnya dan undangan yang hadir pada rangkaian upacara  Sakral Ritual Adat Pemasuh Alam Gumi Paer Gunung Rinjani yang berlangsung Senin 09 November 2020  di Bale Beleq Medas, Desa Obel-obel, Kecamatan Sambelia   

Wabup menyadari bahwa Masyarakat Adat merupakan salah satu komponen pembangunan yang memiliki pemahaman mendalam atas lingkungan fisik dan sosial sebagai tempat tinggal saat ini. Oleh karenanya, lanjut, masyarakat adat diharapkan menjadi bagian penting dan mitra pemerintah dalam upaya memajukan daerah dengan tetap berpegang pada kearifan lokal. 

Kaitan dengan itu pula Wabup Rumaksi  mengajak seluruh masyarakat adat untuk senantiasa berperan aktif memberikan saran serta kritik yang bersifat konstruktif terhadap program pembangunan yang direncanakan Pemerintah.

Wabup menyebutkan bahwa Masyarakat Adat di Gumi Sasak memiliki kearifan yang masih dipegang hingga saat ini, termasuk rangkaian upacara Sakral Ritual Adat Pemasuh Alam Gumi Paer Gunung Rinjani yang telah berlangsung dalam beberapa hari terakhir. 

Dia melihat kegiatan tersebut baik untuk diteruskan sebagai pengingat dan pembelajaran bagi generasi muda terkait pentingnya hubungan timbal balik manusia dengan alam. Dengan demikian ke depan pembangunan berkelanjutan yang bertolok pada pembangunan berwawasan lingkungan dapat diterapkan.

Wabup juga menyampaikan terima kasih kepada masyarakat adat Medas, Desa Obel-obel, Desa Sembalun, Desa Sajang, Desa Biloq Petung, dan Desa Bayan yang masih memelihara kearifan tersebut. Diakuinya penyelenggaraan ritual adat menjadi semakin berat ketika dibenturkan dengan kondisi sosial masyarakat saat ini. Akan tetapi patut disyukuri kegiatan ini dapat berjalan lancar, bahkan masih di tengah pandemi covid-19.(SN-Red)

×
Berita Terbaru Update