Notification

×

Iklan

Iklan

Miris, SDN di Lotim Ini Dapat Bantuan Dari Jakarta, Daerah Sendiri Zong

Tuesday, March 16, 2021 | March 16, 2021 WIB Last Updated 2021-04-01T18:32:09Z




Lombok Timur, Selaparangnews.com - Gempa Bumi yang melanda masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2018 silam, rupa-rupanya masih menyisakan luka bagi Sekolah Dasar Negeri 2 Batuyang, Kecamatan Pringabaya.


Pasalnya, semenjak diterjang gempa 3 tahun lalu, Siswa-siswi sekolah tersebut  hingga saat ini masih belajar di tempat Hunian Sementara (Huntara) lantaran semua bangunannya nyaris rata dengan tanah pasca diamuk gempa.


"Semua ruang kelas, termasuk ruang guru, habis semuanya. Tapi  bantuan dari Pemerintah Kabupaten Lombok Timur atau Pemerintah Provinsi  NTB tidak ada sedikitpun sampai sekarang," ujar Zohrah, Kepala SDN 2 Batuyang, saat ditemui di Sekolah. Senin, 15/03/2021.


Mirisnya, kata Zohrah, hunian sementara yang sekarang ditempati belajar oleh peserta didik itu merupakan bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI jakarta.


"Awalnya kita hanya menempati hunian sementara yang terbuat dari terpal dan beratapkan daun kelapa, dan ahir tahun 2019 kita baru dapat bantuan dari Pemprov DKI jakarta, kalau Pemkab lotim maupun Pemprov NTB tidak ada sama sekali," keluhnya.


Padahal, lanjutnya, sekolah yang terdampak gempa lainnya sudah mendapatkan bantuan dari  Dana Alokasi Khusus (DAK). 


"Di Kecamatan Pringgabaya ada 7 Sekolah yang bangunannya runtuh akibat gempa tapi tidak separah sekolah ini, tapi sekolah yang lain sudah pada dapat bantuan, ujarnya sembari merasa heran padahal letak SDN 2 Batuyang tersebut berada di pinggir Jalan Raya.


Zohrah juga mengatakan dampak lain dari kondisi sekolah adalah berkurangnya siswa pada saat penerimaan siswa baru, yang dulunya sekolah tersebut banyak peminat selain karena banyak meraih prestasi, juga karena bangunan sekolah yang sangat bagus.


"Sekarang siswa saja semakin berkurang karena mungikin orang tua siswa melihat kindisi sekolah yang sekarang," tandasnya.


Di tempat yang sama, Imran, salah seorang guru kelas mengungkapkan pengalamannya pada saat nengajar. Katanya, jika sudah jam 10 ke atas kondisi sudah tidak nyaman dalam mengajar.


"Kalau sudah jam 10-11 ke atas kita sudah tidak bisa fokus karena sangat gerah, apalagi kalau hujan, siswa tidak bisa mendengar suara kita akibat bunyi spandek yang sangat berisik lebih besar ketimbang suara kita mengajar," tuturnya.


Dia berharap supaya Pemerintah Daerah, baik Kabupaten maupun Provinsi agar secepatnya dapat mengatasi kondisi sekolah yang sekarang tempatnya mengajar tersebut.


"Harapan kita supaya pemerintah secepatnya memberikan kita bantuan supaya program-program kita juga cepat berjalan," harapnya. (Izi)

×
Berita Terbaru Update