Notification

×

Iklan

Iklan

Medsos: Media Informasi atau Media Promosi Eksistensi?

Thursday, July 28, 2022 | July 28, 2022 WIB Last Updated 2022-07-28T10:23:44Z

Gambar Ilustrasi

Opini - Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari kegiatan interaksi dan komunikasi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan bagian integral kehidupan manusia, apa pun statusnya di masyarakat. 


Sebagai makhluk sosial, kegiatan sehari-hari selalu berhubungan dengan orang lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, paling tidak sejak ia dilahirkan sudah berhubungan dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama ketika ia dilahirkan adalah sebuah tanda komunikasi.


Secara sederhana, komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang diterima oleh alat-alat indra ke bagian otak. Informasi tersebut dapat berasal dari lingkungan, organisme lainnya, atau dari diri sendiri.


Watzalawick (Bradac and Bowers, 1980) menyatakan bahwa humman being cannot not communicate. Artinya, setiap manusia memiliki potensi untuk berkomunikasi satu sama lain ketika ia terdiam sekalipun. Salah satu konteks komunikasi ini, yaitu komunikasi massa. 

Cassandra (Mulyana, 2002) menyatakan bahwa jika konteks komunikasi massa dibandingkan dengan konteks komunikasi lainnya, dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah bentuk komunikasi yang memiliki jumlah komunikator yang paling banyak, derajat kedekatan fisik yang paling rendah, saluran indrawi yang tersedia sangat minimal, dan umpan balik yang tertunda.


Komunikasi massa mampu menciptakan opinni publik, menentukan isu, memberikan kesamaan dalam kerangka berpikir, serta menyusun urutan-urutan hal yang menjadi perhatian publik. Komunikasi massa pada awalnya merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melihat gandakan pesan-pesan komunikasi dan dikenal dengan istilah publistik. Sejak saat itu, dikenal dengan zaman publistik atau awal dari era komunikasi massa.


Salah satu dari komunikasi massa yang saat ini paling banyak mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat ialah Media Sosial. Semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa tidak dapat lepas dari perkembangan dan pengaruhnya.


Secara instan media sosial dapat membentuk kristalisasi opini publik untuk melakukan tindakan tertentu. Kadang-kadang kekuatan sosial media hanya sampai ranah tertentu. Contohnya, jika seorang remaja menyukai artis favoritnya, maka ia bisa saja menggunakan pakaian atau menggunakan atribut yang dipakai artis tersebut.


Dengan demikian, media sosial memiliki peran yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal ini disebabkan dengan seringnya kita mengonsumsi dan menerima pesan-pesan yang terdapat di media sosial.


Pada dasarnya, media sosial digunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai media informasi dan komunikasi. Hal ini untuk menunjang berbagai kebutuhan hidup mulai dari sandang, pangan, maupun papan. 


Banyak di antara kita yang menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mencari sumber-sumber inspirasi, baik dari sisi keagamaan, kebudayaan, politik, hingga perekonomian dan lain-lain.


Seiring perkembangan zaman, peran media sosial sebagai informasi dan komunikasi tersebut mulai bergeser kepada hal yang penulis rasa tidak begitu penting dan membuang-buang waktu, yaitu menjadikan media sosial sebagai ajang promosi eksistensi atau bahasa sederhananya ajang “pamer”.


Pergeseran ini dapat dilihat dari skala kecil maupun besar. Pada skala kecil, banyak orang menggunakan media sosial untuk “memamerkan” kesehariannya, terlepas dari apakah hal itu penting atau tidak, pantas atau tidak pantas. 


Sebagai contoh: seseorang memamerkan dirinya yang hanya sedang duduk tanpa berbuat apa-apa, dengan sedikit memberikan kata-kata puitis, entah itu hasil karya orang lain maupun karyanya sendiri, tapi lebih sering karya orang lain. 


Hal ini merupakan sesuatu yang disebut penulis sebagai ajang promosi eksistensi yang hanya berorientasi bahwa “saya masih eksis sampai saat ini”. Terserah apakah itu bermanfaat sebagai konsumsi massa atau pun tidak.


Masih banyak contoh-contoh lain yang dapat diambil dari fenomena sekarang ini di media sosial khususnya, terlebih fenomena pasca pandemi Covid-19 ini.


Penulis:  Ro'is Bukhori | Mahasiswa Program Studi Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Hamzanwadi

×
Berita Terbaru Update