Notification

×

Iklan

Iklan

Revolusi Industri 4.0: Individualisme dalam Hubungan Keluarga Masyarakat Sasak

Monday, January 30, 2023 | January 30, 2023 WIB Last Updated 2023-01-30T03:53:46Z

Gambar ilustrasi

Opini - Menurut Soerjono Soekanto (Sambas, 2015), masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. 


Bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.


Masalah sosial menemui pengertiannya sebagai kondisi yang tidak diharapkan dan dianggap dapat merugikan kehidupan sosial serta bertentangan dengan standar sosial yang telah disepakati.


Keberadaan masalah sosial di tengah kehidupan masyarakat dapat diketahui secara cermat melalui beberapa proses dan tahapan analitis, yang salah satunya berupa tahapan diagnosis.


Berbicara mengenai masalah sosial, revolusi industri 4.0 membawa sebuah masalah baru yaitu individualisme dalam kehidupan keluarga. Perkembangan zaman yang sangat pesat serta teknologi yang canggih semakin memberikan dampak yang begitu nyata bagi masyarakat.


Jika dikaitkan dengan pengertian masalah sosial yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto di atas, bahwa revolusi industri 4.0 selain mendatangkan keuntungan, juga dapat mendatangkan masalah di dalam kehidupan keluarga.


Individualisme sebagaimana diungkapkan oleh Forsyth (2006) dalam bukunya Group Dynamics, ialah tradisi, ideologi, atau pandangan pribadi yang menekankan keutamaan individu dan haknya, kemandirian, dan hubungan dengan individu lain. 


Contoh sikap individualisme:

1). Kurangnya komunikasi antara individu satu dengan individu lain di sekitarnya; 

2). Kurangnya kepedulian terhadap kepentingan individu lain; 

3). Minimnya interaksi antar individu meskipun sering bertemu.


Seiring perkembangan zaman, telah terjadi pergeseran hubungan keluarga dalam masyarakat modern, termasuk pada masyarakat Sasak (Lombok). Hal ini sebagai akibat dari cepatnya perkembangan dari salah satu teknologi yang kita sebut sebagai Handphone atau Gadget. 


Dengan adanya handphone, individu-individu lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berinteraksi secara maya dan cenderung abai dengan lingkungan nyata di sekitarnya.


Jika dikaitkan dengan masalah keluarga, secara tidak langsung telah terjadi kesenjangan antar anggota keluarga. Hal ini dapat dilihat dari perilaku individualisme yang terjadi sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Forsyth, yaitu sebagai berikut:


1. Kurangnya komunikasi antara individu satu dengan individu lain di sekitarnya. Dari pengamatan penulis, seseorang lebih banyak berkomunikasi di sosial media atau di dunia maya dari pada di dunia nyata. 


Revolusi industri 4.0 membawa pengaruh yang sangat kuat dengan menghadirkan teknologi yang super canggih. Dalam hubungan keluarga pun demikian, bahkan antar anggota keluarga juga cenderung tidak pernah berkomunikasi sama sekali secara langsung, lebih banyak menyendiri dan sibuk dengan urusan masing-masing.


2. Kurangnya kepedulian terhadap kepentingan individu lain. Jika kepentingan pribadi sudah terpenuhi, maka orang akan cenderung abai dengan kepentingan orang lain, terlebih jika kepentingan itu tidak menguntungkan sama sekali baginya. 


Hal ini kemudian menjadi kebiasaan yang terus berkembang sehingga menimbulkan sifat individual pada seseorang atau masyarakat.


3. Minimnya interaksi antar individu meskipun sering bertemu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, akibat kesibukan dengan handphone masingmasing, antar anggota keluarga semakin jarang bahkan tidak ada sama sekali interaksi secara langsung dengan anggota keluarga yang lain.


Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu dampak atau masalah sosial yang ditimbulkan pada masa Revolusi Industri 4.0 ini ialah sikap individual masyarakat dalam hubungan keluarga. 


Kita sama-sama mengetahui bahwa keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, yang seharusnya menjadi tempat bernaung dan menjadi perlindungan utama sebelum berinteraksi dengan masyarakat luas. 


Akan tetapi, pada kenyataannya telah terjadi pergeseran yang membuat peran keluarga menjadi sangat minim. Begitu pula dengan keluarga masyarakat sasak, semakin terjadi kesenjangan sosial yang secara langsung maupun tidak langsung dirasakan oleh anggota keluarga. 


Penulis: M. Ro’is Bukhori | Mahasiswa Semester 7 Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Hamzanwadi Selong, Lombok Timur


×
Berita Terbaru Update