Notification

×

Iklan

Iklan

Hikmah Turunnya Laitul Qadar Dirahasiakan Allah Menurut Imam Fakhruddin Ar Razi

Monday, April 1, 2024 | April 01, 2024 WIB Last Updated 2024-03-31T20:49:15Z

Penulis: Ach. Yani el Rusyd*

OPINI - Setiap orang tentu saja menghasrati momentum terbaik, bahkan berebut untuk memilikinya. Menjadi publik figur, idola, penceramah, motivator atau apapun perannya, pasti hasrat menjadi yang terbaik, sorotan utama, pusat perhatian publik adalah puncak dari harapan dan keinginan secara personal. 


Demikian watak dasariah manusia sejak mula sudah didesain melalui kerangka kompetitif, suatu sikap anti dinomor-duakan, tak mampu mengendalikan sosiopati, biasa disebut dengan narsistik dan gangguan histrionik (baca; caper).


Begitulah Lailatul Qadr, malam yang begitu eksotis bagi umat IsIam di jagat raya dan maya, sebab ia menjadi moment terbaik bahkan paling terbaik daripada seribu bulan. 


Tentu saja, bagi mereka yang hendak memperoleh malam tersebut melakukan upaya-upaya tertentu berupa kebaikan yang bernuansa ibadah, baik berupa zikir, salat, wirid tertentu, baca Qur'an dan beragam liturgi lain-lain, diantaranya ialah dengan meluangkan waktu berada di masjid sebagai upaya untuk sekedar mempererat intimitas dengan Tuhannya. Dalam bahasa lain menghidupkan malam demi memperoleh malam terbaik yang dihasrati oleh si pelakunya.


Tanggal, jam, dan waktu kejadian malam istimewa tersebut tidak Allāh ungkap secara gamblang. Sehingga, para tokoh panutan dalam Islam, setelah meninggalnya nabi menawarkan beragam pandangan. Semisal Ibnu Razin menyatakan bahwa malam Lailatul Qadr justru terjadi di malam pertama bulan Ramadhan. 


Hasan al-Bashri malam ke tujuh belas, dari Anas malam ke sembilan belas, Muhammad bin Ishak malam ke dua puluh satu, Ibnu Abbas malah malam ke dua puluh tiga, Ibnu Mas'ud malah terjadi pada malam ke dua puluh empat yang berlainan sebagaimana pendapat mayoritas terjadinya pada malam ganjil, beliau justru memilih tanggal genap.


Demikian Abu Zar al-Rifari berpendapat bahwa moment malam Lailatul Qadar terjadi pada malam ke dua puluh lima ramadhan. Sementara Ubai bin ka'ab beserta mayoritas para sahabat sepakat malam mendebarkan itu terjadi pada malam ke dua puluh tujuh. Lalu, sebagian sahabat ada yang berpendapat terjadi pada malam ke dua puluh sembilan ramadhan. 


Perbedaan perspektif sebagaimana reportase kitab mafatih al-ghaib, Fakhruddin ar-Razi (w. 606 H) adalah prediksi yang boleh jadi ungkapan mereka berdasarkan pengalaman mereka berjumpa dengan Lailatul Qadar. Malam yang memang sengaja Allāh sembunyikan agar tetap menjadi misteri dan digandrungi.


Lanjut Razi, pemuka dan bintang diantara para teolog Islam itu, menyajikan beberapa opsi, kenapa malam Lailatul Qadar tetap menjadi misteri adalah upaya untuk memberikan pengagungan, supaya tidak ada tembang pilih antara satu malam dengan yang lain. 


Sebab, apabila malam Lailatul Qadar diperoleh dengan waktu yang ditentukan dan jadwal kemunculannya disebutkan, hal itu akan berkonsekuensi meremehkan malam-malam yang lain seperti mengabaikannya.


Prediksi al-Razi tepat hingga era digital sekarang, ada banyak orang-orang yang justru serius setelah malam ke dua puluh satu untuk menggapai malam yang begitu semerbak itu. Fenomena yang sudah jamak dijumpai ini bukan persoalan benar dan salah, tepat atau keliru. 


Bukan! persepsi tersebut baik walaupun masih ada yang lebih baik, yaitu tanpa perhitungan bahwa siang dan malam ramadhan secara keseluruhan adalah bulan spesial milik Allāh untuk mereka yang beriman. Bernilai istimewa karena disandarkan kepada yang luar biasa, sampai-sampai ditegaskan sebagai malam-malam terbaik di antara seribu bulan oleh Yang Maha Pemiliknya.


Kekhawatiran yang lain, tendensi manusia melakukan tindakan buruk dan berani melanggar ajaran agama. Sebagaimana kebaikan, tindakan buruk apabila dilakukan pada saat momen Lailatul Qadar, dosanya juga berlipat-lipat. 


Orang yang melakukan kemaksiatan dalam keadaan mengetahui, tentu saja lebih berat dosanya ketimbang yang tidak tahu. Sebab yang demikian, termasuk meremehkan agama, nabi bahkan Allāh juga. Sekalipun, perihal dosa, sebenarnya bukan persoalan kalkulasi atau sedikit-banyak melakukan kemaksiatan tapi, kepada siapa kita melakukan dosa tersebut.


Demikian alasan kenapa malam istimewa tersebut dirahasiakan. Supaya menjadi trigger bagi para penempuh dalam menjajaki terjalnya jalan menuju pintu ketuhanan dengan cara menumbuh-suburkan semangat dan senantiasa memugar tekad. Artinya, pengorbanan berupa kesungguhan, selama benar kemana dialamatkan, maka ia tidak akan disia-siakan. [ ]


*Ach. Yani el Rusyd | Lurah Pondok Pesantren Luhur Baitul Hikmah Kepanjen Malang, Jawa Timur Periode 2019-2022. Aktif menulis di berbagai media dan surat kabar. Bukunya yang sudah terbit diantaranya berjudul Modal Dasar Baca Kitab: Bahan-Bahan Persiapan Sebelum Praktik Baca Kitab Kuning dan Kumpulan Puisi Aku dan Seluruh Musim Yang Terluka

×
Berita Terbaru Update