![]() |
Penulis: Muhammad Jayadi, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) PWNU NTB |
“al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah”. Inilah jalan NU sejati yang dititipkan para masyayikh dan Mu'asis. Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat hendaknya berwajah baru dan memiliki daya magnetik yang kuat di bawah kepemimpinan Prof. Masnun periode kedua (tidak boleh sama dengan periode sebelumnya).
Melalui tulisan ini, Penulis hendak menitipkan gagasan untuk mempercantik perwajahan Nahdlatul Ulama melalui visi “NU NTB yang Kuat, Peka dan Melayani.” Semoga menjadi penyemangat khidmat menyongsong pelantikan Pengurus PWNU NTB hasil Konferensi Wilayah Ke-XIV pada tanggal 14 september 2025 Minggu depan.
Visi tersebut merupakan upaya mempercantik perwajahan yang mencerminkan arah transformasi NU NTB menjadi organisasi yang tidak hanya mapan secara kelembagaan, tetapi juga responsif terhadap dinamika sosial dan hadir nyata dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
Memperkuat Organisasi, Menjadi Peka dan Berkarakter Melayani
Kekuatan organisasi menjadi prasyarat utama bagi NU untuk bisa menjalankan perannya secara efektif. Dalam konteks ini, NU yang kuat bukan hanya dilihat dari struktur kelembagaannya, tetapi juga dari kemandirian ekonomi, kapasitas sumber daya manusia, serta soliditas antar elemen di dalam tubuh NU.
Tantangan keumatan yang semakin kompleks menuntut NU untuk memiliki fondasi kelembagaan yang kokoh. Dalam lima tahun terakhir, NU NTB telah menunjukkan konsolidasi yang cukup signifikan, baik dalam struktur organisasi, penguatan peran lembaga, maupun rintisan kemandirian di bidang ekonomi.
Di periode kedua kepemimpinan Prof. Masnun, hendaknya terus melanjutkan agenda penguatan internal dengan menekankan profesionalisme tata kelola, kemandirian ekonomi berbasis potensi lokal, serta peningkatan kapasitas kader melalui kaderisasi rutin dan pelatihan berjenjang sehingga tetap adaptif dan kritis merespon dinamika sosial keagamaan - kemasyarakatan - kebangsaan yang bertumpu pada ikhtiar menegakkan amar ma’ruf dan mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar).
“Organisasi yang kuat adalah syarat utama agar NU bisa menjawab tantangan zaman. Tanpa itu, kita hanya akan jadi simbol kultural tanpa daya dorong riil di masyarakat,” salah satu statemen penting Prof. Masnun dalam sambutannya di Konferensi Wilayah PWNU NTB yang penulis catat tahun lalu. Statemen ini menjadi sinyal pengingat untuk terus dinyalakan dalam kepemimpinan Prof. Masnun di periode kedua ini.
Selain kuat secara struktur, NU NTB diarahkan untuk lebih peka terhadap dinamika sosial. Kepekaan ini diwujudkan dalam bentuk keterlibatan aktif NU dalam isu-isu kemasyarakatan mulai dari kebencanaan, kesenjangan sosial, hingga persoalan toleransi dan keadilan.
NU NTB tercatat beberapa kali terjun langsung dalam penanganan bencana alam di Lombok dan Sumbawa. Melalui lembaga dan badan otonomnya (LPBI, LAZIS, Muslimat, Fatayat, IPNU, IPPNU, PMII dll). Organisasi ini telah menunjukkan peran kemanusiaan yang nyata.
Ke depan, kepekaan NU harus diperluas. NU NTB harus bisa membaca realitas sosial dengan jernih, lalu hadir dengan solusi, bukan hanya seruan moral. Itulah watak Islam rahmatan lil 'alamin yang kontekstual.
Dimensi selanjutnya dari visi ini adalah pelayanan. NU tidak boleh berhenti pada penguatan simbol dan struktur, tetapi harus mengekspresikan nilai-nilainya dalam bentuk pelayanan kepada umat.
Di bidang pendidikan, PWNU NTB hendaknya menargetkan revitalisasi lembaga-lembaga yang memiliki concern di bidang layanan seperti Lembaga Pendidikan Ma’arif, Lembaga Perguruan Tinggi LPT NU), Lembaga Kesehatan (LKNU), Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKKNU), Lembaga Pengembangan Pertanian (LPPNU), Lembaga Perekonomian (LPNU) Lembaga Wakaf dan Pertanahan (LWPNU), LAKPESDAM NU, Lembaga Bantuan Hukum (LBHNU) dan lain-lain, agar lebih adaptif terhadap perkembangan zaman. NU NTB juga harus mendorong peningkatan mutu madrasah dan pesantren, termasuk dalam bidang kewirausahaan santri.
Melalui Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZISNU), pelayanan sosial hendaknya terus diperluas dalam bentuk bantuan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi produktif. Upaya ini akan didukung digitalisasi sistem distribusi dan pelaporan dana umat agar lebih transparan dan akuntabel sehingga menambah kepercayaan dan kebanggaan masyarakat.
NU NTB harus menjadi organisasi yang melayani, bukan hanya mengayomi. Pelayanan inilah yang menjembatani antara nilai dan kebutuhan nyata masyarakat, sebagaimana pesan yang disampaikan oleh KH. Wahab Hasbullah yang menyatakan “NU bukanlah tempat mencari hidup, tetapi tempat menghidupi”
Jalan Transformasi
Visi "NU NTB yang Kuat, Peka dan Melayani" yang hendak dititipkan penulis bukanlah proyek satu malam atau kerja individu. Ini adalah kerja kolektif seluruh keluarga besar NU di NTB mulai dari pengurus wilayah, cabang, MWC, ranting, badan otonom, lembaga, hingga jamaah di akar rumput. Kepemimpinan periode kedua Prof. Masnun hendaknya menempatkan kolaborasi dan sinergi sebagai kunci suksesnya visi besar ini.
Lebih dari itu, visi ini adalah perwujudan komitmen NU NTB untuk terus mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin dalam bentuk yang nyata, membela yang lemah, mencerdaskan umat, merawat tradisi, dan menjaga kebangsaan.
Di balik visi “Kuat, Peka dan Melayani”, tersembunyi pesan penting, NU NTB harus bertransformasi tanpa kehilangan akar tradisi. Kuat dalam struktur, tapi tetap rendah hati, peka dalam menyikapi isu, tapi tidak reaktif, melayani dengan tulus, bukan seremonial semata.
Bagi penulis, periode kedua kepemimpinan Prof. Masnun bukan sekadar kelanjutan administratif, tetapi momentum untuk membawa NU NTB ke tingkat yang lebih strategis dan diperhitungkan dalam percaturan sosial dan keagamaan di daerah.
Dengan dukungan penuh dari para masyayikh, pengurus cabang, badan otonom, serta seluruh elemen warga NU, visi ini diharapkan bukan hanya menjadi dokumen perencanaan, tetapi benar-benar hidup dalam kerja-kerja kolektif keluarga besar (jam’iyah-jamaah) NU NTB.
“Besarkan NU, ikuti program NU dan hidup mengikuti ulama, maka hidup akan berkah”, itulah salah satu pesan KH. M. Bisri Syansuri yang patut kita jalankan. Wallahu a’lam bishawab. [ ]