Notification

×

Iklan

Iklan

Tanah Teko Melahirkan Prajurit: Perjuangan Tanpa Calo Hanya Tekad

Senin, 15 September 2025 | September 15, 2025 WIB Last Updated 2025-09-15T13:06:11Z

PRADA. M. TAUFIKURROHMAN, Prajurit Pertama Desa Teko, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur

Penulis: Mahsur, M.Pd*


OPINI - Seorang prajurit TNI Angkatan Darat ini lahir dari keluarga sederhana di sebuah Desa kecil. Prajurit ini adalah lulusan Madrasah Aliyah, tempat ia ditempa bukan hanya ilmu pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai agama, kedisiplinan, dan keteguhan hati. 

Terlahir sebagai anak seorang petani miskin, kehidupannya penuh keterbatasan. Sawah kecil milik orang tuanya hanya cukup untuk makan sehari-hari, bahkan sering kali tidak mencukupi. Namun, justru dari sanalah lahir keteguhan jiwa: tekad untuk mengubah nasib tanpa meninggalkan akar kesederhanaan dan keikhlasan.

Dalam perjalanan meraih cita-citanya menjadi seorang prajurit TNI AD, ia tidak pernah menyerah pada godaan atau jalan pintas. Di tengah maraknya cerita tentang calo dan biaya besar untuk bisa lolos seleksi, ia memilih jalannya sendiri: jalan yang penuh keringat, doa orang tua khususnya, semua keluarga yang penuh perjuangan. 

Dengan keyakinan bahwa kerja keras dan kejujuran pasti membuahkan hasil, ia berlatih fisik setiap hari di pematang sawah, berlari menyusuri jalan desa, dan belajar tekun di malam hari dengan penerangan lampu seadanya. Semua itu dilakukannya hanya dengan satu keyakinan bahwa tekad yang kuat adalah senjata terhebat. 

Akhirnya, berkat doa orang tua dan kerja keras tanpa henti, ia diterima menjadi prajurit TNI AD murni dari hasil perjuangan sendiri dan di remikan pada 13 September 2025 di Rindam Jaya Kota Jakarta Selatan. Tidak ada uang sogokan, tidak ada bantuan calo’, hanya usaha yang tulus dan keberanian menghadapi segala ujian. Keberhasilan ini bukan hanya kebanggaan pribadi, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa anak petani miskin pun bisa berdiri tegak mengenakan seragam loreng, menjaga tanah air dengan kehormatan.

Kesuksesan itu tidak berhenti pada dirinya. Meski hidupnya penuh keterbatasan, ia mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan menanamkan nilai yang sama: kejujuran, kerja keras, dan pantang menyerah. Hasilnya, semua anak-anaknya berhasil menempuh pendidikan hingga sarjana. 

Dari rumah kecil di desa jauh dari kota, lahirlah generasi baru yang berpendidikan tinggi, membawa harapan besar untuk keluarga, bangsa, dan negara. Kisahnya menjadi teladan bahwa kemiskinan bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita. Dengan do’a orang tua, tekad yang kuat, dan keberanian menolak jalan pintas, seorang anak petani miskin bisa menjadi prajurit TNI AD yang terhormat, sekaligus ayah yang sukses mengantarkan semua anaknya ke jenjang sarjana. Sebuah bukti nyata bahwa mimpi besar bisa terwujud bila dijalani dengan iman, kejujuran, dan keteguhan hati. [ ]




*Mahsur, M. Pd., | Kandidat Doktor Universitas Negeri Yogyakarta, Kepala MA Al-Chalil Tontong Suit, Pengasuh Pondok Pesantren Diniyah Jami' Al-Cholil sekaligus Praktisi Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

×
Berita Terbaru Update