Notification

×

Iklan

Iklan

2000 Lebih TPQ di Lotim, Sebagian Mulai Membahas Ilmu Umum

Tuesday, July 14, 2020 | July 14, 2020 WIB Last Updated 2021-04-01T19:14:00Z
Foto; H. Sahudin, S.Sos, Kepala Seksi Pondok Pesantren Kementerian Agama Lombok Timur

Lombok Timur, Selaparangnews.com - Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) di Lombok Timur saat ini menjadi alternatif bagi orang tua yang ingin mendidik anaknya berbasis pembelajaran agama Islam. Salah satu yang menjadi perhatian bersama yakni formalitas dari lembaga TPQ itu sendiri yang sering luput dari pantauan masyarakat sekitar.

Dalam struktur pendidikan memang sudah diketahui bahwa Raudhatul Athfal berbeda dengan TPQ, baik dari segi sistem pembelajaran maupun manajamen yang ada di dalamnya.

"Sekedar informasi saja bahwa Raudatul Athfal (RA) berbeda dengan TPQ", tandas H. Sahudin, S.Sos selaku Kepala Seksi Pondok Pesantren Kementerian Agama Lombok Timur.

Adapun Ia menjelaskan bahwa perbedaan yang signifikan bisa dilihat dari kedua lembaga tersebut dari segi formalitas dan manajemen tata cara pendidikannya.

"Kalau RA itu dia berbasis formal yang artinya manajemen dari RA tersebut sudah diatur mekanisme pembelajarannya dan kalau TPQ itu strukturnya non-formal. Jadinya seluruh mekanisme pembelajarannya itu bebas tergantung dari pengurusnya", jelasnya.

Akan tetapi, ia juga mengungkapkan bahwa dengan seiring perkembangan modernisasi saat ini tidak melunturkan TPQ bahkan banyak transformasi yang dilakukan terutama dari segi pembelajarannya.

"Tapi kita lihat sekarang, TPQ mulai berkembang khsusunya di Lotim, yang sebelumnya hanya belajar ngaji saja, sekarang sudah diajarkan ilmu pengetahuan umum juga," paparnya.

Dari data Kasi Pontren Kemenag Lotim sendiri sudah ada 2.000 lebih lembaga TPQ yang sudah mendapatkan izin dan ada juga yang sedang ditangani proses legalitasnya untuk saat ini.

"Lembaga TPQ yang sudah punya legalitas formal itu sekitar 2 ribu lebih dan banyak juga saat ini yang sedang kita proses legalitasnya," tambahnya.

Ia juga mengakui bahwa ada sebagian program yang tidak jalan dari bulan Maret 2020 kemarin akibat dampak paparan covid-19 . "Kami terkendala kemarin dari bulan maret itu tidak bisa mensurvei lembaga TPQ yang sudah memasukkan proposalnya karena keadaan pandemi Covid-19 ini", lanjutnya.

Namun sekarang ini seiring dengan berjalannya new normal maka program yang sudah di jadwalkan mulai berjalan kembali dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang sudah diatur oleh Pemerintah.

"Tapi sekarang kita sudah jalan lagi perhari itu rata-rata ada 5 atau 6 lokasi yang kita sambangi untuk survei", uangkapnya.

Adanya Surat Keterangan Dirjen No. 91 tahun 2020 juga menjadi rujukan bagi TPQ agar lebih melebarkan sayapnya, sehingga bisa menjadi salah satu lembaga pendidikan agama islam yang kreatif dan religius khususnya bagi anak-anak.

"SK Dirjen 91 tahun 2020 nantinya akan mengembangkan TPQ agar lebih meningkatkan sumber dayanya lagi seperti TPQ nantinya akan mempunyai tingkatan-tingkatan", imbuhnya.

Ia juga memaparkan bahwa selama ini ada juga program diklat-diklat yang sudah disegelanggarakan oleh Kemenag Lotim, akan tetapi terkendala karena adanya pandemi ini. Program pelatihan bagi tenaga didik atau guru ngaji yang ada di TPQ juga sudah kami programkan hanya saja saat ini terkendala Covid-19 ini, tuturnya.

Selain itu Ia selalu mengingatkan bahwasanya di lembaga TPQ tersebut tidak ada jaminan jika orang menginginkan pendapatan lebih karena di TPQ itu sendiri juga tidak ada insentif, yang ada hanya bantuan dari Provinsi itupun tidak menyentuh seluruh lembaga TPQ yang ada di Lotim ini, ulasnya.

Salah satu pengurus lembaga TPQ Al-Muttaqin berlokasi di Dusun Mumbul, Kec. Sikur, Kab. Lotim membeberkan bahwa selama ini yang sering menjadi kendala dari pengurus TPQ karena adanya berkas administrasi yang sulit, padahal jika dilihat itu seharusnya bisa diimbangi dengan kondisi dan keadaan lembaga TPQ tmsetempat.

"Kita sering kesulitan karena ribetnya birokrasi yang kita lalui jika ingin izin operasional itu diterbitkan, mungkin karena pemerintah juga kurang sosialisasi terhadap TPQ tentang apa-apa yang seharusnya dipersiapkan jika ingin legalitas dari TPQ tersebut", tandas Ahmad Rifai, S.Pd.I selaku tenaga didik di TPQ Al-Muttaqin.

Ia juga mengakui bahwa selama ini peran pemerintah dalam mensejahterakan tenaga didik di lembaga TPQ masih dianggap kurang.

Di tempat yang sama Yusron Saudi, S.Pd.I juga mengatakan hal yang sama. Adapun menurutnya hal yang utama diperbaiki agar istiqomah menjadi tenaga didik di lembaga TPQ yakni niat.

"Niat itu perlu kita perbaiki jika ingin menjadi tenaga didik di TPQ karena kita sendiri juga mengetahui jika hanya mengedepankan gaji pastinya itu hal yang mustahil ketika kita mengajar di TPQ", ujar Yusron.

Walau dalam kondisi tersebut, kedua tenaga didik di lembaga TPQ Al-Muttaqin itu tetap  dengan ikhlas mengajarkan peserta didiknya yang berjumlah 60 orang saat ini. Relevansi materi pembelajaran juga mereka adakan dengan memasukkan ilmu umum dalam pembelajaran di TPQnya.

Kendati dalam keadaan seperti itu lembaga TPQ di Lotim masih menerapkan prinsip pengabdian oleh tenaga didiknya yang kita kenal sampai saat ini dengan sebutan "guru ngaji".

"Untuk itulah saya sangat mengapresiasi guru ngaji yang ikhlas selama ini. Bisa kita lihat bahwa mayoritas guru ngaji di Lotim ini tidak ada yang mengejar apapun,  mereka murni karena pengabdian", tutup H. Sahudin. (SN-06)
×
Berita Terbaru Update