Notification

×

Iklan

Iklan

Lingkoq Siwak, Awal Mula Kisah Teganang Tegining Di Lombok Timur

Sunday, August 16, 2020 | August 16, 2020 WIB Last Updated 2021-04-01T18:26:04Z
Foto: Warga Dan Pengunjung Minum Air Salah Satu Lingkoq
Lombok Timur, Selaparangnews.com - Selain Lingkoq Tutuk, Lingkoq Siwak menjadi hal yang tidak asing di telinga masyarakat Lombok Timur, khususnya Lotim bagian selatan, tepatnya di Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.

Dalam keseharian warga Lombok, Lingkok diartikan sebagai tempat mengambil air, dan siwak itu sama dengan Sembilan yang menandai jumlah tempat air tersebut, uniknya, dari jumlah tempat mengambil air yang Sembilan itu, fungsinya berbeda antar satu dengan yang lain.

Misalnya Ada yang di fungsikan khusus sebagai tempat mencuci, ada yang difungsikan sebagai tempat minum, tempat mandi pria, tempat mandi wanita dan lainnya.

"Fungsinya beda-beda, tempat nyuci lain, tempat mandi, minum dan sebagainya berbeda,  kecuali lingkok untuk Raja dan Putri Raja, itu tempatnya terpisah dan di pagari oleh masyarakat setempat, dan tempat tersebut di beri nama lingkoq datu" terang Amaq Sam, salah satu petani diareal tersebut, pada media ini, Sabtu, 15/08/2020.

Ia kembali menuturkan, pada waktu tertentu, ada juga pengunjung yang datang untuk berziarah, bersemedi dan bahkan sampai menginap kawasan lingkoq datu, karena tempat tersebut diyakini memiliki kekuatan gaib.

“Ada-ada saja orang kesini untuk bersemedi dan bertapa, karena mereka yakin lingkoq itu keramat”. Sambung Amaq Sam.

Amaq Sam melanjutkan, kehidupan di kawasan lingkoq siwak sama persis dengan apa yang terdengar pada bait-bait lagu yang berjudul Inaq Tegining Amaq Teganang, Lagu yang tidak asing di telinga masyarakat Lombok.

Karena di lihat juga dari kontur tanahnya, persis menggambarkan ladang yang luas dan banyak sapi serta kerbau yang berkeliaran mengais makanan di sekitaran ladang.

Terpisah, Bayu, salah satu pemuda asal Jerowaru yang kerap disapa Balong yang kini masih mengenyam pendidikan di Universitas Hamzanwadi menerangkan bahwa, kisah antara datu (penguasa) dan pengarat (penggembala) itu tidak hanya di dalam bait lagu Teganang dan Tegining. "Kisah yang diurai dalam lantunan syair teganang dan tegining masih berlaku sampai sekarang" terangnya. (CR.SN-02).
×
Berita Terbaru Update