Notification

×

Iklan

Iklan

Makna Kesedihan Dalam Dunia Sufi

Sunday, March 7, 2021 | March 07, 2021 WIB Last Updated 2021-03-07T09:14:59Z

Oleh: Ustadz Achmad Yani*

 

الحزن على فقدان الطاعة مع عدم النهوض اليها من علامة الإغترار

"Sedih lantaran tidak sempat melakukan ketaatan, lalu tidak bergegas untuk bangkit melakukan taat adalah pertanda (telah) terpedaya"


Opini - Demikian bunyi untaian hikmah yang ke 86 dari Imam Ibnu Atha’illah As-Sakandari  yang tertuang dalam kitabnya yang legendaris, Al Hikam.


Sedih lantaran tidak sempat melakukan ketaatan adalah ia yang tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukan ketaatan dalam (mengekspresikan) kondisi spiritualnya. 


Tetapi, jika tidak bersegera bangkit melaksanakan ketaatan setelah itu, maka hal yang demikian termasuk dari tanda-tanda terpedaya, yaitu, meletakkan kepercayaan pada sesuatu yang bukan esensinya. 


Barangkali hal inilah yang disebut sebagai  kesedihan semu, yang dibumbui dengan tangisan palsu. Sebagaimana kata pribahasa, betapa banyak mata bercucuran (air mata) sementara hatinya tidak mengenal kasihan (keras dan kasar). 


Ia merasa aman dari ujian Allah SWT  yang tersembunyi, seperti mencegah hal yang bermanfaat untuknya dan menganugerahkan kesedihan dan tangis yang dapat memperdayakannya. Oleh karenanya, kesedihan dan tangisan terkadang juga bisa memperbaiki kondisi spiritual seseorang.


Kesedihan yang tulus adalah apa yang dapat membangkitkan pada ketaatan-ketaatan yang dibarengi dengan tangisan kejujuran. Situasi ini biasa dilalui oleh para salik (Orang yang menempuh jalan spiritual).


Syekh Abu 'Ali al-Daqqaq berkomentar bahwa orang yang sedih juga dapat menempuh jalan menuju Allah SWT dalam waktu satu bulan, sebagaimana yang tidak diperoleh oleh orang yang tidak bersedih selama bertahun-tahun. 


Rasa sedih atau derita hati terjadi karena rasa takut kehilangan pada sesuatu yang dicintai, atau sebab kekhawatiran yang berlebihan. 


Segala apa yang dapat mengantarkannya pada sesuatu yang dicintai itulah yang disukai. Ketaatan - seperti melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya - termasuk perantara yang paling cepat menyampaikan seseorang terhadap ridhaNya, sehingga melakukan taat bagian dari sesuatu yang seharusnya dijaga oleh para pencinta, supaya tidak ada kesedihan yang mengintai di hari kemudian.



*Lurah Pesantren Luhur Baitul Hikmah Kabupaten Malang

×
Berita Terbaru Update