Notification

×

Iklan

Iklan

KONSEPSI Serap Aspirasi OMS Terkait Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim di Lombok Timur

Wednesday, July 20, 2022 | July 20, 2022 WIB Last Updated 2022-07-20T07:49:36Z

Regular Meeting bersama OMS di Lesehan Sehati Sawing, Kecamatan Selong, Lombok Timur. 

Lombok Timur, Selaparangnews.com - Konsorsium Untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi (KONSEPSI) kembali menggelar regular meeting bersama Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) lingkup Kabupaten Lombok Timur pada Rabu, (20/07/2022) di Lesehan Sehati Sawing, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur. 

Pertemuan kali ini dilakukan untuk menyerap aspirasi OMS tersebut terkait project DECCAP yang tengah dilakukan oleh KONSEPSI dan Islamic Reliefs, khususnya mengenai Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim di Kabupaten Lombok Timur.

Regular meeting tersebut dihadiri Ridwan, SE., M. Si, Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam (PSDA) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Lotim, Koordinator Islamic Reliefs  Wilayah NTB Muhammad Jawad, Manajer Project DECCAP (Deepening Climate Change Adaptation for Prosperity) Eko Krismantono dari pihak KONSEPSI dan belasan OMS yang bergerak di bidang lingkungan. 

Dalam sambutannya, Kepala Bidang PSDA BAPPEDA Lotim Ridwan menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada semua orang yang terlibat dalam acara tersebut, karena telah meluangkan waktu untuk memikirkan cara mengatasi dan beradaptasi dari dampak perubahan iklim bagi masyarakat petani di Kabupaten Lombok Timur. 

Kepada para peserta yang hadir, terutama para tokoh OMS yang sudah lama bergelut di bidang tersebut bisa menyumbangkan gagasan-gagasannya kepada yang lebih muda terkait dengan upaya pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim di Kabupaten Lombok Timur.

Apalagi, kata Ridwan, penyangga utama perekonomian masyarakat Lombok Timur adalah pertanian, maka otomatis yang paling terdampak oleh perubahan iklim adalah para petani.

"Kita di NTB ini 15 persennya adalah sektor pertanian, sementara dampak paling mendasar dari perubahan iklim adalah sektor pertanian tersebut," ujarnya seraya menegaskan bahwa sektor pertanian tersebut sangat banyak menyumbangkan pendapatan bagi daerah, namun di sisi lain juga mendapat banyak tantangan. 

Karena itu, Ia berharap dengan adanya project DECCAP dari KONSEPSI dan Islamic Reliefs  tersebut dapat mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh para petani di Kabupaten Lombok Timur dan di NTB pada umumnya. 

Dari Kiri: Eko Krismantono (Manager Project DECCAP dari Pihak KONSEPSI), Ridwan (Kabid PSDA BAPPEDA), Muhammad Jawad  (Koordinator Islamic Relief Wilayah NTB) 

Sementara itu, Koordinator Islamic Reliefs Wilayah NTB Muhammad Jawad menceritakan bahwa regular meeting yang dilakukan saat itu merupakan rangkaian dari project DECCAP yang sedang dikerjakan bersama KONSEPSI yang akan berlangsung hingga akhir tahun 2022 ini.

Sebenarnya, kata dia, project ini merupakan lanjutan dari project sebelumnya bersama KONSEPSI yang mendapat dukungan dana dari Islamic Relief Swedia. 

Selain bekerja di tingkat Kabupaten dan Provinsi terkait project tersebut, pihaknya juga punya beberapa desa binaan di Kabupaten Lombok Timur, tepatnya di Kecamatan Jerowaru, yakni Desa Pemongkong, Desa Paremas dan Desa Pandan Wangi. 

"Di kecamatan Jerowaru ada tiga kelompok petani yang kami dampingi yaitu kelompok petani tadah hujan, kelompok petani tambak garam dan kelompok petani lobster atau nelayan lobster," sebutnya. 

Senada dengan itu, Manager Project DECCAP Eko Krismantono dari pihak KONSEPSI menjelaskan bahwa apa yang dikerjakan KONSEPSI bersama Islamic Reliefs tersebut merupakan langkah-langkah untuk mengantisipasi perubahan iklim dengan percontohan di sejumlah wilayah di NTB. 

Sebelumnya, kata dia, juga ada kegiatan yang dilakukan konsepsi dengan Islamic reliefs pada tahun 2018 sampai tahun 2020. Dari sana kemudian Islamic reliefs berinisiatif untuk bekerja sama lagi dengan KONSEPSI melanjutkan project tersebut di lokasi yang sama. 

Secara umum, lanjut Eko, tujuan dari project tersebut supaya masyarakat yang hidup dari pertanian tadah hujan, tambak garam dan budidaya lobster diberdayakan dengan sumber daya yang berkelanjutan dan mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan. 

Dengan project ini, lanjutnya, masyarakat petani diharapkan mampu mengklaim penghidupan yang lebih produktif dan adaptif terhadap perubahan iklim. 

"Kita berharap di sini pemerintah juga punya kemampuan untuk meningkatkan kapasitas dalam menganggarkan dan menyusun program yang adaptif terkait perubahan iklim, lebih-lebih saat ini isunya sudah meluas ke arah pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim," ujarnya. 

Berkaca dari project sebelumnya, kata dia, dapat dilihat bahwa petani lobster mampu mengurangi angka kematian lobster dengan memanfaatkan paka organik. Sementara di petani garam mereka bisa jadi lebih produktif dengan adanya rumah prisma yang memungkinkan mereka tetap bisa melakukan produksi tanpa terpengaruh kondisi cuaca. 

"Sementara petani tadah hujan, mereka punya kemampuan akses terhadap informasi cuaca sehingga bisa memilih jenis tanaman dan masa tanaman sehingga mengurangi kerugian dari kekurangan informasi tersebut," jelasnya. 

Sementara terkait dengan regular meeting bersama OMS tersebut, lanjutnya, bertujuan untuk meningkatkan dan memperkuat kapasitas OMS dalam mengadvokasi integrasi Rencana Aksi Daerah untuk Adaptasi Perubahan Iklim ke dalam rencana pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim di Kabupaten Lombok Timur.

Ia berharap, pertemuan tersebut dapat membangun komitmen bersama dalam memperkuat keberadaan Forum  Mitigasi/Adaptasi Perubahan Iklim di Kabupaten Lombok Timur.

"Selain itu kita berharap adanya pemahaman bersama terkait isu Ketahanan Iklim dan Pembangunan Rendah Karbon serta dapat mengidentifikasi kebutuhan untuk mengadvokasi integrasi Rencana Aksi Daerah untuk Perubahan Iklim ke dalam rencana pembangunan rendah karbon dan ketahanan 
iklim di Kabupaten Lombok Timur," pungkasnya. (Yns)

×
Berita Terbaru Update