Notification

×

Iklan

Iklan

LP3ES Adakan Webinar Peluncuran Buku Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 8

Sunday, August 14, 2022 | August 14, 2022 WIB Last Updated 2022-08-14T01:46:12Z

Poster webinar peluncuran buku karya lengkap bung Hatta jilid 8 oleh Penerbit LP3ES

Lombok Timur, Selaparangnews.com - Seratus dua puluh tahun sejak kelahiran Bung Hatta, gagasannya ternyata tidak habis jadi bahan perbincangan. Kaum cerdik pandai acapkali menjadikan pemikirannya sebagai sumber kajian atau interpretasi. Yang menjadi pertanyaan, sejauh mana gagasan Bung Hatta menemukan relevansinya di tengah dunia yang berjuang melawan virus korona?


Berangkat dari penjelasan di atas, Penerbit LP3ES Jakarta, bekerjasama dengan Universitas Bung Hatta di Padang—sebuah universitas swasta yang menyandang nama Sang Proklamator itu—mengadakan Webinar Peluncuran Buku Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 8 dan Pembukaan Sunrise Land Lombok sebagai Destinasi Wisata Berbasis Literasi pada Jumat lalu, (12/8/2022). 


Dalam acara itu, Ismid Hadad (Ketua Pengurus BINEKSOS/Pendiri LP3ES), Gemala Rabi’ah Hatta (Putri Bung Hatta), Muhadjir Effendy (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia), dan Widjanarko S (Wakil Direktur Penerbit LP3S) hadir memberikan sambutan. 


Sementara itu, Agustinus Prasetyantoko (Rektor Unika Atma Jaya) dan Qori’ Bayyinaturrosyi (Direktur Sunrise Land Lombok) hadir sebagai narasumber kegiatan tersebut. Dzikrina Aqsha Mahadirka (Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Karanganyar) memandu acara diskusi yang berlangsung via aplikasi Zoom.


Ismid Hadad menyambut positif penerbitan buku Bung Hatta Jilid 8 yang berjudul Ilmu Ekonomi, Dunia Usaha dan Perkembangan Masyarakat di Tengah Perkembangan Teknologi. 


Katanya, di dalam buku tersebut Bung Hatta mengulas bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan merupakan faktor produksi, dan dapat digunakan oleh siapapun dan untuk tujuan yang baik maupun yang buruk, tergantung manusia yang memanfaatkannya. 


Itulah sebabnya, teknologi bisa digunakan sebagai instrumen, atau cara pendekatan untuk mencari kebenaran dan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. 


"Jadi relevansi pemikiran Bung Hatta kepada generasi muda hari ini tergantung darimana dan untuk apa belajar dari pemikiran Bung Hatta tersebut," ucapnya. 


Gemala Rabi’ah Hatta menyatakan bahwa Bung Hatta merupakan pendiri bangsa ini yang paling banyak menulis, bahkan karya-karyanya melampaui karya-karya Bung Karno. Kenyataan itu memang tidak mengejutkan, sebab Bung Hatta sangat mencintai aktivitas membaca dan menulis. 


"Bung Karno sangat terkenal sebagai orator handal, sedangkan Bung Hatta diakui sebagai pemikir dan sangat ulung dalam menulis, dan kalimat-kalimat beliau itu sangat praktis," tambahnya.


Muhadjir Effendy menyebutkan, Bung Hatta bukan hanya tokoh proklamator dan pahlawan nasional, melainkan juga intelektual dan bapak koperasi nasional. Konsep ekonomi kerakyatan yang dicetuskan oleh Bung Hatta yang salah satunya dimanifestasikan melalui koperasi telah terbukti mampu menjadi pilar ekonomi bangsa, sebab koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya berdasarkan prinsip-prinsip gotong royong dan kekeluargaan. 


Dalam implementasi sistem ekonomi kerakyatan, gagasan tentang destinasi wisata berbasis literasi yang merupakan sebuah inovasi dan kredibilitas yang di prakarsai oleh LP3ES dan Sunrise Land Lombok perlu mendapatkan dukungan dan dorongan sebagai wujud kepedulian bangsa terhadap potensi kekayaan sumber daya alam nasional.


"Dari inisiasi pengembangan destinasi wisata berbasis literasi ini, kontribusi positif, khususnya bagi pertumbuhan domestik regional bruto untuk kabupaten Lombok Timur dan pertumbuhan ekonomi nasional pada umumnya, bisa tercipta," pungkasnya.


Widjanarko S menjelaskan, Bung Hatta adalah satu tokoh multidimensi, di antaranya proklamator, diplomat ulung, intelektual, dan pemikir. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa Bung Hatta adalah seorang penulis yang produktif. 


Dari sekian banyak tulisannya, LP3ES telah menerbitkan 431 tulisan yang di himpun di dalam 8 jilid buku karya dengan tebal keseluruhan 3.941 halaman. Peluncuran dan diskusi buku karya lengkap Bung Hatta jilid ke-8 merupakan kolaborasi LP3ES dengan mitra reseller LP3ES, yang selama ini banyak membantu menyebarluaskan buku-buku terbitan LP3ES termasuk karya lengkap Bung Hatta. 


Reseller tersebut ialah Infinity Book Store yang berada di Sunrise Land Lombok, sebuah komunitas sekaligus destinasi wisata yang berlokasi di salah satu pantai di Dusun Montong Meong, Desa Labuhan Haji, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. 


Komunitas ini dikelola oleh anak-anak muda yang memiliki kepedulian kepada dunia literasi. "Dengan berkolaborasi dengan komunitas tersebut, LP3ES mencoba untuk memadukan pariwisata dan dunia literasi kepada generasi muda," ujarnya.


Adapun Agustinus Prasetyantoko menyebutkan bahwa pemikiran bung Hatta yang ada di buku jilid ke-8 mengingatkan kembali bahwa ilmu ekonomi pada ujungnya adalah ilmu sosial. Bung Hatta seperti mengajak kita untuk mengembalikan ilmu ekonomi sebagai bagian dari ilmu sosial. 


Di samping itu, masih di buku tersebut, Bung Hatta mengingatkan bahwa teknologi bisa dimanfaatkan demi kebaikan bersama. Apa yang disebutkan Bung Hatta tersebut menemukan relevansinya di era 4.0 sekarang ini. 


"Teman teman yang ada di Sunrise Land Lombok adalah sebuah praktek baik bagaimana pariwisata, pemberdayaan masyarakat, literasi dan tekhnologi dikombinasikan demi kebaikan bersama," tambahnya. 


Sementara itu, Qori’ Bayyinaturrosyi menyatakan, Bung Hatta adalah paket lengkap sebagai seorang negarawan: jujur, lugu, cerdas, sederhana, dan daftar ini masih bisa kita buat lebih panjang. Dari beberapa daftar tersebut, satu hal yang bisa kita pelajari ialah bahwa ia merupakan pembaca dan penulis kelas berat. Itulah sebabnya, ia bisa dikategorikan sebagai intelektual. Ia, misalnya, mengkritik pandangan Marxisme. 


Namun, ia sama sekali tidak menganggap 'kiri' tidak berguna. Ia berkunjung ke Skandinavia, dan dari situ ia memperoleh inspirasi perihal koperasi. Hari ini, semangat itu bisa diejawantahkan dalam usaha-usaha masyarakat, milik kelompok, bukan individu, seperi Sunrise Land Lombok (SLL). 

 


Usaha-usaha masyarakat, seperti SLL, memerlukan pojok literasi. Sebab, membaca itu mencerdaskan. Jadi, ini seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Orang-orang bisa berwisata, meningkatkan wawasan dengan membaca, dan membawa manfaat kepada SLL. 


"Sebagai contoh, jika pengunjung literasinya meningkat, bahkan menginternalisasi pengetahuan yang mereka dapat dari membaca, maka SLL tidak perlu membuat plang atau memberikan pengumuman arti penting kebersihan di destinasi wisata," ucapnya. (SN) 


×
Berita Terbaru Update