![]() |
Audiensi perwakilan keluarga pasien dengan Manajemen dan Petugas RSUD Selong |
SELAPARANGNEWS.COM - Sejumlah Aktivis mendatangi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedjono Selong, Kabupaten Lombok Timur untuk meminta penjelasan pihak Rumah Sakit terkait penyebab meninggalnya pasien anak bernama Mevi Alvianingsih (14) Asal Kecamatan Keruak. Selasa, (11/02/2025).
Perwakilan keluarga pasien atas nama Lalu. Putradi Suminggah mengatakan bahwa penjelasan dokter terkait penyebab meninggalnya pasien kepada keluarganya menyimpan segudang pertanyaan, pasien disebut meninggal karena henti jantung, karena pasien punya kelainan jantung, pasien juga dikatakan kekurangan elektrolit dan juga karena mengidap autis.
Jawaban itu, kata dia, semakin menimbulkan kecurigaan lantaran tidak dijelaskan dari awal ketika pasien baru dirujuk, melainkan baru dijelaskan setelah pasien dinyatakan meninggal dunia, dan itupun setelah keluarga pasien bertanya kepada dokter apa penyebabnya meninggal dunia.
Kata dia, anak yang dikategorikan autis biasanya memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dibanding anak lainnya. Dan kalau memang pasien tersebut meninggal akibat penyakit jantung, kekurangan elektrolit dan autis seperti yang dikatakan dokter, Ia meminta RSUD Selong menunjukkan bukti hasil pemeriksaan medis atau laboratorium yang resmi atas klaim tersebut.
"Bisa gak ditunjukkan bukti laboratorium atas semua itu, dan kenapa tidak disampaikan sebelumnya, lalu apa yang bapak-ibu lakukan ketika pasien mengalami pemburukan kondisi, kenapa tidak dijelaskan kepada keluarga pasien," jelasnya.
Hal itu ditanyakan lantaran adanya kejanggalan, di mana sebelum pasien meninggal, Pasien terlihat membaik, sempat makan beberapa potong roti. Tapi setelah diberikan suntikan oleh petugas, pasien yang bersangkutan langsung tak sadarkan diri dan dinyatakan meninggal dunia.
"Belum semenit lo ini, bahkan petugas yang nyuntik itu belum keluar dari ruangan adik kami sudah sepi," tegasnya.
Ia menyesalkan kenapa tidak ada pemeriksaan atau pengecekan terlebih dahulu oleh petugas, sebelum memberikan suntikan, apakah itu akan berdampak buruk atau tidak terhadap pasien.
Selain itu, Ia juga meminta penjelasan pihak rumah sakit terkait pemberian darah terhadap pasien seperti yang diminta petugas. Ia mempertanyakan kenapa petugas tidak langsung memberikan transfusi darah padahal petugas sendiri yang meminta. Transfusi darah malah akan diberikan setelah pasien meninggal dunia.
Menjawab pertanyaan tersebut, salah satu petugas RSUD Selong yang menyebut dirinya bekerja di bagian pelayanan menjelaskan bahwa petugas selalu memberikan jenis obat injeksi yang sama dari sebelumnya terhadap pasien sejak hari pertama Ia dirawat.
Ia berasumsi bahwa kalaupun diberikan injeksi yang berbeda, maka kemungkinan itu karena obat yang pertama tidak memiliki reaksi apa-apa. Ia mengatakan bahwa suntikan injeksi yang diterima pasien itu, kecil kemungkinan menjadi penyebabnya meninggal dunia.
Terkait dengan transfusi darah, Ia mengatakan bahwa petugas medis tidak bisa sembarangan melakukannya tanpa mempertimbangkan kondisi tubuh pasien. Seperti misalnya ketika pasien dalam keadaan demam, maka transfusi darah tidak bisa dilakukan karena bisa mengakibatkan pemburukan terhadap pasien.
Selain itu, kata dia, petugas juga harus mengikuti arahan dokter, serta melihat ketersediaan stok darah di Unit Transfusi Darah (UTD) Rumah Sakit, dan pihaknya juga tidak akan tahu ada ketersediaan darah di UTD tersebut jika tidak ada pemberitahuan dari petugas di sana.
Sementara itu, salah satu dokter yang turut menangani Mevi Alvianingsih sebelum meninggal dunia menjelaskan bahwa pada waktu itu dirinya tidak pernah mengatakan kepada keluarga pasien bawah pasien meninggal akibat henti jantung. Ia menduga keluarga pasien salah dengar terkait penjelasannya mengenai penyebab pasien meninggal dunia, karena waktu itu keluarga pasien bertanya sambil marah-marah dan selalu memotong Penjelasannya.
"Mungkin karena bibinya waktu itu emosi sehingga salah menangkap penyampaian saya," kata dokter tersebut.
Dokter tersebut mengatakan bahwa pada saat itu Ia mengatakan kepada keluarga pasien bahwa penyebab kematiannya itu kompleks, artinya pasien memiliki riwayat penyakit yang cukup banyak sehingga perubahan kondisinya berubah dengan sangat cepat. "Jadi sulit untuk kita prediksi, bisa dalam sepersekian detik itu terjadi pemburukan," jelasnya.
Ia menegaskan bahwa penyebab kematian pasien tersebut adalah komplikasi dari hasil diagnosis sebelumnya, karena penyakit yang diderita pasien sebenarnya sudah lama. "Jadi Patofisiologi kalau secara medisnya, karena memang proses sakitnya yang udah lama," katanya.
Apa yang dikatakan tersebut, kata dia, sudah disampaikan semuanya kepada keluarga Pasien, tapi katanya keluarga pasien teriak-teriak dan setiap dijelaskan selalu dipotong. "Hasil lab anak ini sangat berat sebenarnya," kata dokter.
Setelah melalui perdebatan yang cukup lama, Pihak keluarga yang diwakili sejumlah aktivis meminta rekam medis pasien yang bersangkutan sebagai dasar mereka memberikan penjelasan kepada keluarga pasien.
Sempat ditolak oleh pihak RSUD Selong lantaran rekam medis itu hanya boleh diberikan terhadap pihak aparat penegak hukum jika dibutuhkan dalam proses penyelidikan sebuah perkara. Namun pada akhirnya pihak rumah sakit akan memberikan dokumen tersebut selama ada permintaan tertulis dari keluarga pasien. (Yns)